Assalamu'alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh......
"Wahai para pemuda, barang siapa telah mampu di antara kalian, handaklah melaksanankan pernikahan karena ia dapat menundukkan pandangan dan menjaga kehormatan.. " (H.R Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi dan Nasa’i)
Setelah sujud terakhir shalat malam yang panjang, tunduk. Ada tetesan tak berbunyi bergulir di atas pipi. Kesunyian itu tiba-tiba datang lagi tanpa meminta izin lebih dahulu. Sebenarnya ada rasa malu mengakui, mengingat materi2 yang telah diterima setelah berdekatan dengan kajian Islam selama dua tahun. Bahkan sebagian sudah dinasehatkan kepada
Allah, betapa ridho diri ini tunduk pada perintahMU, perintah menundukkan pandangan, perintah mengulurkan jilbab, perintah terus memperbaiki diri dari hari ke hari. Menanti janjiMu ádalah aliran air tersegar yang tak akan putus.
"...Dan wanita2 yang baik ádalah untuk laki2 yang baik dan laki2 yang baik ádalah untuk wanita2 yang baik pula"(An Nuur:26) orang lain. "Muslimah itu harus berjiwa tegar, militan, jangan cengeng terhadap hal remeh". "Mengapa kader terbina masih mikirin soal cinta-mencinta, jodoh-menjodoh, bukan zamannya lagi!" Iya…iya..ngerti. Tapi, Ya Allah maafkan, aku tetap kesepian.
Rindu dia pada yang belum diketahui namanya. Dia yang akan menggenapkan setengah dien bersama-sama. Dia yang akan dihormati, senyumi, cemberuti, dan dilembuti. Dia yang sepanjang perjalanannya akan saya temani. Hatiku menjerit pelan.."Di mana engkau pangeranku?"
Tetapi, bolehkah hamba bercerita pada MU wahai Rabb? Bahwa hati ini begitu cepat terbolak-balik. Kadang ia kuat bak benteng kokoh, tapi sering pula ia rapuh bak rumah kardus di bawah kolong jembatan. Dan syaitan tahu itu, Ya Allah. Mereka begitu senangnya berlomba menggoda. Sehingga dalam penantian yang panjang ini, terselip pandangan yang belum halal, ada perkataan yang belum halal, ada usaha mencari perhatian yang belum halal. Ahh..., Kau tahu lebih dari yang hamba ceritakan.
Allah, betapa takutnya hamba membuat Kau cemburu.
Allah hamba tak mengerti, mengapa tak ada gerak dalam hati mereka untuk tidak terus memanjai angan2? Apakah terlalu berat ya Allah bagi mereka untuk mengambil kenikmatan yang Engkau janjikan?
"Tak cukup mapan, masih kuliah, belum dapat izin orang tua"
Alasan2 seperti itu apakah Kau bisa terima?
Sementara seorang Sugiarto, nama panggilan Ato, seorang pembelajar sejati, sahabat kesayangan Aa Gym yang ditakdirkan bertubuh tidak lengkap. Lelaki yang berjalan terseok-seok hanya bertumpu dengan kakinya yang kecil. Lelaki yang harus bersusah payah untuk mengucapkan kata per kata itu berani mengambil keputusan. "Belhalap pa..da Allah sa…ja," ujarnya terbata2. Dan Allah memudahkan bagi mereka yang hanya memercayakan semua pada-Nya. Ato dan istrinya sekarang hidup tenang dalam kesahajaan dan mempunyai seorang anak, anak yang sehat!
Sahabat, sesungguhnya cerita ini bukan untuk diri saya sendiri. Saat ini, di tengah malam ini, mari kita tengok ke jendela2 yang terbuka. Di atas ribuan sajadah, bersimpuh perempuan2 yang sedang merindu. Tetesan2 air mata mereka terus membasahi bumi, air mata mujahidah yang sangat takut tergelincir kepada kemaksiatan. Tak perih jua kah mereka melihatnya? Tak adakah sepotong hati untuk meringankan beban itu?
Dan sahabat, bila kau salah satu dari perempuan bersimpuh itu, sabarlah. Benar, tidak mudah. Tapi tidak ada yang salah dengan janji Nya. Janji Nya adalah keniscayaan terindah, walau itu harus kau tebus dengan kesabaran yang berdarah-darah.
Jangan lelah muliakan dirimu. Bukan untuk dia. Juga bukan untuk dirimu sendiri. Tapi semata hanya untuk Rabb-Mu. Sungguh, itu bagian dari tarbiyah dengan cara yang berbeda. Dan Maha benar Allah, lelaki mulia itu akan datang atas nama kemuliaan pernikahan. Tanpa kau perlu teriaki, dia telah mendengar dengan kesediaan tertinggi akan seruan lembut Tuhan-Nya, yang disampaikan kepada hamba terkasih dan utusan-Nya
Salam santun selalu^_______^
Jumat, 09 September 2011
Rencana Allah pasti indah ^_____^
Rencana Allah pasti indah
Ketika aku masih kecil, waktu itu Ibuku sedang menyulam sehelai kain.
Aku yang sedang bermain di lantai, melihat ke atas dan bertanya, apa yang ia lakukan. Ia menerangkan bahwa ia sedang menyulam sesuatu di atas sehelai kain. Tetapi aku memberitahu kepadanya, bahwa yang kulihat dari bawah adalah benang ruwet.
Ibu dengan tersenyum memandangiku dan berkata dengan lembut, “Anakku, lanjutkanlah permainanmu, sementara Ibu menyelesaikan sulaman ini, nanti setelah selesai, kamu akan kupanggil dan kududukkan di atas pangkuan Ibu dan kamu dapat melihat sulaman ini dari atas.”
Aku heran, mengapa Ibu menggunakan benang hitam dan putih, begitu semrawut menurut pandanganku.
Beberapa saat kemudian, aku mendengar suara Ibu memanggil, ” Anakku, mari kesini, dan duduklah di pangkuan Ibu. “
Waktu aku lakukan itu, aku heran dan kagum melihat bunga-bunga yang indah, dengan latar belakang pemandangan matahari yang sedang terbit, sungguh indah sekali. Aku hampir tidak percaya melihatnya, karena dari bawah yang aku lihat hanyalah benang-benang yang ruwet.
Kemudian Ibu berkata, “Anakku, dari bawah memang nampak ruwet dan kacau,tetapi engkau tidak menyadari bahwa di atas kain ini sudah ada gambar yang direncanakan, sebuah pola, Ibu hanya mengikutinya. Sekarang, dengan melihatnya dari atas kamu dapat melihat keindahan dari apa yang Ibu lakukan.”
Sering selama bertahun-tahun, aku melihat ke atas dan bertanya kepada Allah,”Allah, apa yang Engkau lakukan?”
Ia menjawab, ” Aku sedang menyulam kehidupanmu.”
Dan aku membantah,” Tetapi nampaknya hidup ini ruwet, benang-benangnya banyak yang hitam, mengapa tidak semuanya memakai warna yang cerah?”
Kemudian Allah menjawab, “Hambaku, kamu teruskan pekerjaanmu, dan Aku juga menyelesaikan pekerjaanKu di bumi ini..”
Satu saat nanti Aku akan memanggilmu ke sorga dan mendudukkan kamu di pangkuanKu, dan kamu akan melihat rencanaKu yang indah dari sisiKu.
Subhanallah, beruntunglah orang-orang yang mampu menjaring ayat indah Allah dari keruwetan hidup di dunia ini. Semoga Allah berkenan menumbuhkan kesabaran dan mewariskan kearifan dalam hati hamba-Nya agar dapat memaknai kejadian-kejadian dalam perjalanan hidupnya, seruwet apapun itu. Amin….
Subhanallah, tulisan ini benar-benar membuka pikiran kita bahwa Allah adalah Dzat Yang maha pengatur segala sesuatu di alam ini.
Cerita ini mengingatkan saya bahwa kendati pun manusia punya keinginan, terrapin Allah mempunyai keputusan yang tak mungkin dapat kita ubah, mari kita senantiasa bertawakkal kepada Nya.
Ketika aku masih kecil, waktu itu Ibuku sedang menyulam sehelai kain.
Aku yang sedang bermain di lantai, melihat ke atas dan bertanya, apa yang ia lakukan. Ia menerangkan bahwa ia sedang menyulam sesuatu di atas sehelai kain. Tetapi aku memberitahu kepadanya, bahwa yang kulihat dari bawah adalah benang ruwet.
Ibu dengan tersenyum memandangiku dan berkata dengan lembut, “Anakku, lanjutkanlah permainanmu, sementara Ibu menyelesaikan sulaman ini, nanti setelah selesai, kamu akan kupanggil dan kududukkan di atas pangkuan Ibu dan kamu dapat melihat sulaman ini dari atas.”
Aku heran, mengapa Ibu menggunakan benang hitam dan putih, begitu semrawut menurut pandanganku.
Beberapa saat kemudian, aku mendengar suara Ibu memanggil, ” Anakku, mari kesini, dan duduklah di pangkuan Ibu. “
Waktu aku lakukan itu, aku heran dan kagum melihat bunga-bunga yang indah, dengan latar belakang pemandangan matahari yang sedang terbit, sungguh indah sekali. Aku hampir tidak percaya melihatnya, karena dari bawah yang aku lihat hanyalah benang-benang yang ruwet.
Kemudian Ibu berkata, “Anakku, dari bawah memang nampak ruwet dan kacau,tetapi engkau tidak menyadari bahwa di atas kain ini sudah ada gambar yang direncanakan, sebuah pola, Ibu hanya mengikutinya. Sekarang, dengan melihatnya dari atas kamu dapat melihat keindahan dari apa yang Ibu lakukan.”
Sering selama bertahun-tahun, aku melihat ke atas dan bertanya kepada Allah,”Allah, apa yang Engkau lakukan?”
Ia menjawab, ” Aku sedang menyulam kehidupanmu.”
Dan aku membantah,” Tetapi nampaknya hidup ini ruwet, benang-benangnya banyak yang hitam, mengapa tidak semuanya memakai warna yang cerah?”
Kemudian Allah menjawab, “Hambaku, kamu teruskan pekerjaanmu, dan Aku juga menyelesaikan pekerjaanKu di bumi ini..”
Satu saat nanti Aku akan memanggilmu ke sorga dan mendudukkan kamu di pangkuanKu, dan kamu akan melihat rencanaKu yang indah dari sisiKu.
Subhanallah, beruntunglah orang-orang yang mampu menjaring ayat indah Allah dari keruwetan hidup di dunia ini. Semoga Allah berkenan menumbuhkan kesabaran dan mewariskan kearifan dalam hati hamba-Nya agar dapat memaknai kejadian-kejadian dalam perjalanan hidupnya, seruwet apapun itu. Amin….
Subhanallah, tulisan ini benar-benar membuka pikiran kita bahwa Allah adalah Dzat Yang maha pengatur segala sesuatu di alam ini.
Cerita ini mengingatkan saya bahwa kendati pun manusia punya keinginan, terrapin Allah mempunyai keputusan yang tak mungkin dapat kita ubah, mari kita senantiasa bertawakkal kepada Nya.
Dikaukah Pria Pilihan Allah ?
Banyak sekali ayat-ayat Allah dan hadits Rasulullah yang mengajarkan kepada kaum wanita, agar mereka mendapatkan laki-laki yang Allah pilihkan untuk menjadi suami mereka. Tentunya, lelaki pilihan Allah, adalah mereka yang taat dalam memperlakukan wanita sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya. Karena aturan yang Allah berikan kepada lelaki dalam memperlakukan wanita itulah, salah satu bentuk, bagaimana Allah memuliakan kaum wanita....
Tentunya, dengan waktu yang singkat tidaklah mungkin kita hadirkan kajian ayat dan hadits yang sangat banyak sekali jumlahnya …, tetapi dengan sangat mudah kaum wanita bisa melihat dari ciri-ciri akhlaq mereka..
Beberapa ciri yang umum dari akhlaq lelaki pilihan Allah ketika ia hendak menikahi seorang wanita adalah ;
Ketika memulai satu hubungan, ia akan menyatakan niatnya dan memperlihatkan kesungguhannya bahwa hubungan yang dilakukannya itu semata-mata hanya untuk menikah, bukan untuk hubungan yang lain seperti berpacaran atau sekedar bermain-main saja. Dalam proses perkenalan, berdua-duaan adalah hal yang selalu dihindari, menjaga pandangan mata, tidak menyentuh calon istrinya, walaupun hanya berjabat tangan.
Dan pada saat berbicara, dirinya tidak melakukan pembicaraan yang tidak bermafaat, atau perkataan yang sia-sia, tidak mengobral janji, atau berangan-angan kosong. Sikapnya tawadhu, sopan, dan menyenangkan. Tidak pula berlebihan dalam berbicara. Mengucapkan salam dan berkata yang baik, adalah kepribadiannya, memiliki sifat optimis, rajin dalam bekerja dan berusaha tampak dari cara ia menceritakan hal yang berkaitan dengan pekerjaannya. Pergaulannya dengan orang-orang yang sholeh, bisa kita lihat pada teman-teman disekelilingnya, dan pemahamannya terhadap agama, atau pada perilaku ibadahnya. Mengisi waktu senggangnya dengan hal yang bermanfaat dan berolah raga.
Menghormati orang tua calon istri, dengan niat mempercepat akad nikah dan tidak menundanya dengan jangka waktu yang lama, dan yang terlebih penting lagi, tidak mengambil pinangan orang lain.
Dan..pada saat menikah dan setelahnya, ciri mereka sebagai suami pilihan Allah setidaknya memiliki akhlaq ;
Membayarkan mahar istri dengan sempurna, jika maharnya tidak tunai, maka akan segera ditunaikan. Memberikan nafkah kepada istri, lahir dan bathin dengan cara pertengahan, tidak kikir dan tidak pula berlebihan, sikapnya konsisten seperti apa yang katakan pada saat sebelum menikah dengan memperlakukan istri dengan lemah lembut, bercanda dan bersenda gurau dengan tidak berlebihan, berkata yang baik, memanggil istrinya dengan sebutan yang menyenangkan istrinya, dan dan senantiasa menjaga rahasia istri dan kehidupan rumah tangga mereka.
Dan pada sisi lain, ia tegas jika perbuatan istri mengarah kepada hal yang dapat menjerumuskan kepada kemasiatan, kelalaian dalam beribadah, atau sikap dan perilaku yang menyimpang dari aturan Allah.
Jika menghukumnya, ia tidak akan pernah memukulnya atau menyakitinya, tetapi jika perlu melakukan hal itu dengan alasan yang dibenarkan dalam syariat, ia hanya akanmelakukannya tanpa menyakiti, atau menimbulkan bekas pada bagian tubuh manapun dari sang istri.
Pemaaf dan pengertian, adalah sifat yang senantias ditunjukkannya, berterima kasih kepada istrinya adalah bentuk penghargaan yang tidak pernah dilewatkannya. Demikian pula dengan penampilannya yang senantiasa menjaga kebersihan, rapi dan wangi.
Senantiasa bermusyawarah, berdiskusi, meminta pendapat istri dalam urusan rumah tangga dan mendidik anak-anak. Membantu istri dalam urusan rumah tangga yang tidak bisa ditangani, apakah itu dengan menyediakan berbagai fasilitas yang disanggupi seperti pembantu rumah tangga, perlatan masak, dan hal lainnya. Jika berkemampuan, pasti dirinya akan menempatkan istrinya di tempat yang baik, dengan lingkungan yang baik pula dan menjaganya dari segala hal yang dapat menibulkan fitnah bagi istrinya.
Dalam waktu luangnya, ia pasti menemani istrinya apabila bepergian, memerintahkan istrinya untuk menutup auratnya, tidak membawa istrinya ke tempat yang dapat menimbulkan maksiat. Memuliakan orang tua dan keluarga istri sama seperti keluarganya sendiri.
Dan yang paling senantiasa ia lakukan adalah memberikan teladan bagi istri dan anak-anaknya, menjadi imam dalam beribadah, memberikan bimbingan dan senantiasa mengingatkan akan tujuan pernikahan, serta terus berusaha meningkatkan ketaatan dan ibadah mereka kepada Allah..
Setidaknya, inilah ciri-ciri akhlaq lelaki dan suami pilihan Allah, walaupun ia tidak harus selalu kaya, tampan dan gagah, tetapi jika dirinya dihiasi akhlaq yang sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-nya, Insya Allah kehidupan rumah tangga yang diberkahi, sakinah, mawaddah, dan warrahmah akan dicapai..
Tentunya, dengan waktu yang singkat tidaklah mungkin kita hadirkan kajian ayat dan hadits yang sangat banyak sekali jumlahnya …, tetapi dengan sangat mudah kaum wanita bisa melihat dari ciri-ciri akhlaq mereka..
Beberapa ciri yang umum dari akhlaq lelaki pilihan Allah ketika ia hendak menikahi seorang wanita adalah ;
Ketika memulai satu hubungan, ia akan menyatakan niatnya dan memperlihatkan kesungguhannya bahwa hubungan yang dilakukannya itu semata-mata hanya untuk menikah, bukan untuk hubungan yang lain seperti berpacaran atau sekedar bermain-main saja. Dalam proses perkenalan, berdua-duaan adalah hal yang selalu dihindari, menjaga pandangan mata, tidak menyentuh calon istrinya, walaupun hanya berjabat tangan.
Dan pada saat berbicara, dirinya tidak melakukan pembicaraan yang tidak bermafaat, atau perkataan yang sia-sia, tidak mengobral janji, atau berangan-angan kosong. Sikapnya tawadhu, sopan, dan menyenangkan. Tidak pula berlebihan dalam berbicara. Mengucapkan salam dan berkata yang baik, adalah kepribadiannya, memiliki sifat optimis, rajin dalam bekerja dan berusaha tampak dari cara ia menceritakan hal yang berkaitan dengan pekerjaannya. Pergaulannya dengan orang-orang yang sholeh, bisa kita lihat pada teman-teman disekelilingnya, dan pemahamannya terhadap agama, atau pada perilaku ibadahnya. Mengisi waktu senggangnya dengan hal yang bermanfaat dan berolah raga.
Menghormati orang tua calon istri, dengan niat mempercepat akad nikah dan tidak menundanya dengan jangka waktu yang lama, dan yang terlebih penting lagi, tidak mengambil pinangan orang lain.
Dan..pada saat menikah dan setelahnya, ciri mereka sebagai suami pilihan Allah setidaknya memiliki akhlaq ;
Membayarkan mahar istri dengan sempurna, jika maharnya tidak tunai, maka akan segera ditunaikan. Memberikan nafkah kepada istri, lahir dan bathin dengan cara pertengahan, tidak kikir dan tidak pula berlebihan, sikapnya konsisten seperti apa yang katakan pada saat sebelum menikah dengan memperlakukan istri dengan lemah lembut, bercanda dan bersenda gurau dengan tidak berlebihan, berkata yang baik, memanggil istrinya dengan sebutan yang menyenangkan istrinya, dan dan senantiasa menjaga rahasia istri dan kehidupan rumah tangga mereka.
Dan pada sisi lain, ia tegas jika perbuatan istri mengarah kepada hal yang dapat menjerumuskan kepada kemasiatan, kelalaian dalam beribadah, atau sikap dan perilaku yang menyimpang dari aturan Allah.
Jika menghukumnya, ia tidak akan pernah memukulnya atau menyakitinya, tetapi jika perlu melakukan hal itu dengan alasan yang dibenarkan dalam syariat, ia hanya akanmelakukannya tanpa menyakiti, atau menimbulkan bekas pada bagian tubuh manapun dari sang istri.
Pemaaf dan pengertian, adalah sifat yang senantias ditunjukkannya, berterima kasih kepada istrinya adalah bentuk penghargaan yang tidak pernah dilewatkannya. Demikian pula dengan penampilannya yang senantiasa menjaga kebersihan, rapi dan wangi.
Senantiasa bermusyawarah, berdiskusi, meminta pendapat istri dalam urusan rumah tangga dan mendidik anak-anak. Membantu istri dalam urusan rumah tangga yang tidak bisa ditangani, apakah itu dengan menyediakan berbagai fasilitas yang disanggupi seperti pembantu rumah tangga, perlatan masak, dan hal lainnya. Jika berkemampuan, pasti dirinya akan menempatkan istrinya di tempat yang baik, dengan lingkungan yang baik pula dan menjaganya dari segala hal yang dapat menibulkan fitnah bagi istrinya.
Dalam waktu luangnya, ia pasti menemani istrinya apabila bepergian, memerintahkan istrinya untuk menutup auratnya, tidak membawa istrinya ke tempat yang dapat menimbulkan maksiat. Memuliakan orang tua dan keluarga istri sama seperti keluarganya sendiri.
Dan yang paling senantiasa ia lakukan adalah memberikan teladan bagi istri dan anak-anaknya, menjadi imam dalam beribadah, memberikan bimbingan dan senantiasa mengingatkan akan tujuan pernikahan, serta terus berusaha meningkatkan ketaatan dan ibadah mereka kepada Allah..
Setidaknya, inilah ciri-ciri akhlaq lelaki dan suami pilihan Allah, walaupun ia tidak harus selalu kaya, tampan dan gagah, tetapi jika dirinya dihiasi akhlaq yang sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-nya, Insya Allah kehidupan rumah tangga yang diberkahi, sakinah, mawaddah, dan warrahmah akan dicapai..
Untukmu, adikku sayang ^____^
Bismillahirrahmanirrahim ^___^
Assalamu'alaykum warahmatullah wa barokah
Senyum, Salam, Sapa, Semangat
Duhai adik sayang…
cantik sekali rupamu
Sempurna sekali parasmu
Karena itukah engkau gemar memajang gambar-gambarmu dalam dunia maya?
Duhai adikku, tidakkah dirimu tahu bahwa wajahmu bukanlah lukisan untuk dipertontonkan.
Keindahanmu bukanlah untuk dipamerkan.
Fotomu bukanlah komoditi yang dapat diobral sehingga setiap orang dengan mudahnya dapat memiliki gambarmu.
Duhai adik, dirimu adalah mutiara…
Mutiara yang sangat berharga, yang tidak setiap orang boleh menikmati keindahanmu secara gratis.
Semakin sering engkau pertontonkan dirimu, semakin pudarlah kilaumu.
Duh..adikku sayang
Lekuk tubuhmu sangatlah indah, bibirmu sangat mempesona
Relakah engkau jika ada orang lain yang menyimpan gambarmu, membawamu serta ke dalam tidurnya bahkan mencumbui gambarmu?
Coba renungkan sayang, tidakkah engkau jijik membayangkan semua itu? Ada orang asing yang akan berbuat seenaknya terhadap gambarmu.
Mungkin itu Cuma foto sayang…
Tapi ada harga dirimu di dalam sana,
Harga diri sebagai wanita terhormat yang telah engkau gadaikan
Semakin sering orang melihat gambarmu berlenggak lenggok dan bergaya, semakin hilanglah penghormatan akan dirimu sayang.
Tidakkah engkau mengidamkan seorang muslim yang sholeh?
Tidakkah engkau rindu seorang ikhwan yang akan mengkhitbahmu karena Allah?
Tidakkah engkau ingin dicintai dengan tulus bukan karena parasmu, tapi karena akhlakmu?
Tidakkah kau ingin untuk memiliki keabadian cinta yang hanya dapat di berikan seorang lelaki sholeh?
Duhai adikku,
Aku berkata seperti ini, bukanlah karena aku membencimu atau iri padamu karena aku tidak memiliki paras secantik dirimu. Ini semua karena aku menyayangimu.
Adikku sayang…
Cantikmu adalah karena Allah, apalah yang bisa kita banggakan?
Kalaupun orang lain mengaguminya, itu karena mereka mengagumi ciptaan Allah.
Kesempurnaanmu adalah milik Allah, bagian tubuh mana yang dapat engkau ciptakan sendiri?
Duhai adikku sayang,
Sang pemilik dirimu menginginkan engkau menjaga kecantikan dengan meng-hijabnya, bukan dengan memamerkan dan bergaya di hadapan banyak orang sehingga dapat menimbulkan syahwat.
Adikku sayang...
Engkau bukanlah objek pemuas mata-mata pemuda yang mengagumi kecantikanmu
Biarkan mereka mengagumimu melalui akhlakmu, melalui jiwamu yang anggun karena senantiasa ingin melindungi kecantikan ragamu yang akan engkau persembahkan kelak bagi cinta halalmu.
Adikku sayang...
Aku persembahkan tulisan ini, sebagai tanda cinta dari seorang kakak yang menginginkan kebahagiaanmu...kebahagiaa n sejati dan bukan kebahagiaan semu.
Aku persembahkan tulisan ini, untuk mewakili jerit hati seluruh muslimah di bumi yang tidak ingin kehormatannya jatuh, akibat ulah segelintir calon muslimah yang sedang terlupa, terlena dan haus dengan puja dan puji kaum adam.
Duhai adikku sayang...
Jadikan dirimu mutiara tercantik, perhiasan terindah dalam pandangan hamba-hamba Allah dengan memancarkan keindahan jiwamu, keindahan akhlakmu, keindahan hatimu karena itu lebih baik daripada membanggakan keindahan fisikmu yang kelak akan pudar di telan waktu dan akan musnah tertimbun tanah.
Firman Allah: "Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan di dunia hanyalah permainan, kelalaian, perhiasan dan berbangga-bangga di antara kamu dan berlomba-lomba banyak harta dan anak, seperti hujan yang tanaman-tanamannya mengagumkan petani-petani, kemudian menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning, kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat ada azab yang keras dan ada ampunan dari Allah dan keridhaan-Nya. Dan tiadalah kehidupan dunia melainkan kesenangan yang menipu".(Al Hadiid:20)
Barakallahu fiikum
Semoga Bermanfaat
Wassalamu'alaykum Wr. Wb
Assalamu'alaykum warahmatullah wa barokah
Senyum, Salam, Sapa, Semangat
Duhai adik sayang…
cantik sekali rupamu
Sempurna sekali parasmu
Karena itukah engkau gemar memajang gambar-gambarmu dalam dunia maya?
Duhai adikku, tidakkah dirimu tahu bahwa wajahmu bukanlah lukisan untuk dipertontonkan.
Keindahanmu bukanlah untuk dipamerkan.
Fotomu bukanlah komoditi yang dapat diobral sehingga setiap orang dengan mudahnya dapat memiliki gambarmu.
Duhai adik, dirimu adalah mutiara…
Mutiara yang sangat berharga, yang tidak setiap orang boleh menikmati keindahanmu secara gratis.
Semakin sering engkau pertontonkan dirimu, semakin pudarlah kilaumu.
Duh..adikku sayang
Lekuk tubuhmu sangatlah indah, bibirmu sangat mempesona
Relakah engkau jika ada orang lain yang menyimpan gambarmu, membawamu serta ke dalam tidurnya bahkan mencumbui gambarmu?
Coba renungkan sayang, tidakkah engkau jijik membayangkan semua itu? Ada orang asing yang akan berbuat seenaknya terhadap gambarmu.
Mungkin itu Cuma foto sayang…
Tapi ada harga dirimu di dalam sana,
Harga diri sebagai wanita terhormat yang telah engkau gadaikan
Semakin sering orang melihat gambarmu berlenggak lenggok dan bergaya, semakin hilanglah penghormatan akan dirimu sayang.
Tidakkah engkau mengidamkan seorang muslim yang sholeh?
Tidakkah engkau rindu seorang ikhwan yang akan mengkhitbahmu karena Allah?
Tidakkah engkau ingin dicintai dengan tulus bukan karena parasmu, tapi karena akhlakmu?
Tidakkah kau ingin untuk memiliki keabadian cinta yang hanya dapat di berikan seorang lelaki sholeh?
Duhai adikku,
Aku berkata seperti ini, bukanlah karena aku membencimu atau iri padamu karena aku tidak memiliki paras secantik dirimu. Ini semua karena aku menyayangimu.
Adikku sayang…
Cantikmu adalah karena Allah, apalah yang bisa kita banggakan?
Kalaupun orang lain mengaguminya, itu karena mereka mengagumi ciptaan Allah.
Kesempurnaanmu adalah milik Allah, bagian tubuh mana yang dapat engkau ciptakan sendiri?
Duhai adikku sayang,
Sang pemilik dirimu menginginkan engkau menjaga kecantikan dengan meng-hijabnya, bukan dengan memamerkan dan bergaya di hadapan banyak orang sehingga dapat menimbulkan syahwat.
Adikku sayang...
Engkau bukanlah objek pemuas mata-mata pemuda yang mengagumi kecantikanmu
Biarkan mereka mengagumimu melalui akhlakmu, melalui jiwamu yang anggun karena senantiasa ingin melindungi kecantikan ragamu yang akan engkau persembahkan kelak bagi cinta halalmu.
Adikku sayang...
Aku persembahkan tulisan ini, sebagai tanda cinta dari seorang kakak yang menginginkan kebahagiaanmu...kebahagiaa
Aku persembahkan tulisan ini, untuk mewakili jerit hati seluruh muslimah di bumi yang tidak ingin kehormatannya jatuh, akibat ulah segelintir calon muslimah yang sedang terlupa, terlena dan haus dengan puja dan puji kaum adam.
Duhai adikku sayang...
Jadikan dirimu mutiara tercantik, perhiasan terindah dalam pandangan hamba-hamba Allah dengan memancarkan keindahan jiwamu, keindahan akhlakmu, keindahan hatimu karena itu lebih baik daripada membanggakan keindahan fisikmu yang kelak akan pudar di telan waktu dan akan musnah tertimbun tanah.
Firman Allah: "Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan di dunia hanyalah permainan, kelalaian, perhiasan dan berbangga-bangga di antara kamu dan berlomba-lomba banyak harta dan anak, seperti hujan yang tanaman-tanamannya mengagumkan petani-petani, kemudian menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning, kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat ada azab yang keras dan ada ampunan dari Allah dan keridhaan-Nya. Dan tiadalah kehidupan dunia melainkan kesenangan yang menipu".(Al Hadiid:20)
Barakallahu fiikum
Semoga Bermanfaat
Wassalamu'alaykum Wr. Wb
*~::Cerpen Bidadari Tak Secantik Senyummu::~*
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokhatuh,,,,,,,,,,,,,,
Bismillahirahmanirrahim………
……..
Apa kbr sahabat fillah? Insya Allah selalu dalam lindunganNya. Allahumma amin.
Baca cerpen lagi yukkkk ^_^
“Bangun ! imam besar, makmum udah nunggu nih…” bisikan lembut yang mengikuti kecupan dipipiku itu membuatku tak bisa menolak untuk membuka mataku yang masih lengket ini. Kulirik jam di dinding oranye kamar tidur kami dengan seperempat mata terbuka. Pukul tiga pagi.
“Setengah jam lagi yah Makmum Cantik, Imam Besar masih ngantuk berat nih…!” kututupkan lagi selimut yang tersingkap ini ke kepala ku.
“Gak mau, harus bangun sekarang, ntar kucubit lo!” kali ini rengekan manja ini tak bisa kutolak lagi. Dengan bergaya sempoyongan ku melangkahkan ke kamar mandi untuk berwudhu. “Eh…selimutnya gak usah dibawa sayang…!
Pagi ini aku berpura-pura tampak capek. Setelah tidurku tadi malam “terganggu” untuk shalat malam, disambung shalat subuh. Dan “terpaksa” membaca satu juz Al-Qur’an agar aku tidak terlelap lagi. Dengan gaya kuyu aku duduk di depan meja makan menanti sarapan yang disiapkan istriku. Hari ini aku berangkat pagi. Ada rapat.
“Pagi Kanda…pagi ini Dinda buatkan sop pavorit Kanda, biar gak ngantuk lagi.” Senyum manis istriku sudah menyambutku di ruang makan. Aku masih pura-pura sebal. Padahal senyum itulah yang membuatku tak bisa pergi lama darinya dalam dua tahun terakhir ini.
Aku teringat ketika pertama kali kami bertemu. Sebenarnya bukan yang pertama, dia adalah teman SMP-ku. Namun sejak lulus SMP kami tak pernah berjumpa sampai kami bertemu diruang Poliklinik Umum RS Dr.Sardjito. secara kebetulan, sebuah skenario yang indah dari Sang Maha Sutradara. Perjumpaan yang akan mengubah jalan cerita hidupku.
Perutku yang melilit-lilit sejak pagi memaksaku untuk terpaksa menginjakkan ke tempat yang palin aku benci, rumah sakit. Mungkin karena sehari sebelumnya aku dan teman-teman jurusan mesin berpesta di rumah salah satu teman yang telah di wisuda. Seperti biasa anak-anak mesin yang 98,57 persen laki-laki pasti akan melakukan sesuatu yang “radikal” walau kadang konyol. Sesuatu yang dianggap sebagai permainan untuk membuktikan “kejantanan” yang kadang tidak jelas parameternya. Kemenanganku di lomba makan sambal yang mengerikan itu telah mengantarkanku ketempat yang kubenci ini. Walaupun akhirnya peristiwa itu amat kusyukuri.
*~::♥◘♥º♥◘♥::~**~::♥◘♥º♥◘♥ ::~**~::♥◘♥º♥◘♥::~**~::♥◘♥ º♥◘♥::~*
Waktu itu aku belum lulus, walaupun angka sepuluh menempel dengan malu-malu di semester yang sudah aku tempuh. Biasa anak Mesin memang lambat lulus, begitu biasanya aku berapologi. Walaupun sebenarnya sudah banyak temanku yang lulus. Termasuk yang menyediakan “Pesta Sambal” itu.
Ketika aku melangkah masuk keruang periksa, kulihat senyum yang tidak akan pernah kulupakan. Yanti, temanku SMP dulu, aku tidak akan lupa. Meskipun kini dia memakai kerudung besar di kepalanya. Itulah satu-satunya perubahan besar yang tampak padanya. Sebentar, dia juga bertambah cantik!
“Masya Allah, Tyo ya ? Assalamualaikum…kena apa ?” kata-kata pertama setelah delapan tahun tak bertemu. Waktu itu aku tak banyak bicara, keterkejutan dan sesuatu bergemuruh dihatiku membuatku menjadi pendiam. Bahkan ketika dia mulai “menginterogasi” gejala sakitku aku hanya menjawab sepotong-sepotong. Padahal biasanya aku sangat rewel bila diperiksa.
Ketika itu Yanti masih ko-as. Setelah wisuda menjadi S.Ked. beberapa bulan sebelumnya. Entah mengapa sejak pertemuan itu, aku selalu jadi ingin bertemu dengannya. Padahal saat itu aku sudah punya pacar, Kristin.
Ya, saat itu pergaualanku sangat bebas. Aku tak perduli ketika banyak temanku yang “alim” mempertanyakan hubunganku dengan Kristin yang Khatolik itu. Waktu itu tak masalah bagiku pacaran dengan gadis yang berbeda agama. Toh belum tentu menikah.
“Ah, jangan fanatik, dosen kita aja ada yang istrinya beda agama. Dan mereka oke-oke saja.” Argumen yang selalu aku pakai untuk menepis suara miring tentang Kristin. Namun akhir-akhir itu Kristin agak menjauh dariku setelah aku menolak ikut acara natalan bersama keluarganya. Entahlah walaupun dari sentuhan religius, aku masih merasa perlu untuk tetap konsisten sebagai orang Islam. Aku pernah dengar ada kiyai yang melarang umat Islam ikut natalan.
“Wah…males Kris. Lagian aku kan orang Islam. Aneh kalo ikut natalann nanti dikira murtad aku…”
Kristin yang mulai berlalu dan perjumpaan yang berkesan di Poliklinik, semakin membuatku mantap untuk mendekati Yanti. Kupikir ini seperti mengungkapkan cinta yang dulu tak terungkapkan saat SMP. Dulu aku memang pernah menyukai Yanti ketika SMP. Namun cinta monyet segera berlalu. Di SMA aku berpacaran dengan Erlin, Julia, Anna…wah aku memang “buaya”!
Yanti memang tak secantik Kristin yang aduhai itu. Tapi senyumnya yang ikhlas dan natural tanpa sapuan kosmetik itu benar-benar membuatku “melayang”. Entahlah seharusnya aku tidak tertarik pada penampilannya yang “Full Cowled”. Kurasa ada “Something Wrong” pada hatiku. Biasanya aku hanya mengejar gadis untuk “having fun”. Dan tentu saja gadis yang bisa diajak “having fun” bukan tipe seperti yanti ini. Aku tahu karakter orang-orang berkerudung besar seperti Yanti ini. Mereka anti pacaran !
Karena itu aku mencari metoda pendekatan lain. Kukirim SMS dengan pesan-pesan religius yang kudapat dari anak-anak SKI dan buku-buku agama. Aku kadang sekedar mampir kerumahnya dengan berjuta alasan agar bisa bertemu. Mengajak reuni, atau sekedar menanyakan khabar. Dan tentu saja aku harus tampil dengan penampilan yang menunjang. Harus tampil religius. Baju koko plus peci pinjaman jadi modal meyakinkan. Itupun aku tak pernah bisa ngobrol berdua. Yanti selalu mengajak ibunya ikut berbincang. Wah aku jadi keki. Ilmu “menggombal buaya-ku” tak bisa kupakai! Tapi tetap saja aku senang. Melihat senyumnya saja membuatku melihat dunia dua kali lebih indah! Suer!
*~::♥◘♥º♥◘♥::~**~::♥◘♥º♥◘♥ ::~**~::♥◘♥º♥◘♥::~**~::♥◘♥ º♥◘♥::~*
Setelah berjalan sebulan aku muali yakin bahwa aku jatuh cinta beneran sama Yanti. Kubulatkan tekad untuk menyatakan hatiku padanya. Dengan segenap pengalamanku sebagai “buaya”, kutulis sepucuk surat cinta penuh rayuan gombal yang sampai sekarang masih kami simpan sebagai kenangan. Biasanya kalau aku lagi ngambek, Yanti akan membacakan surat itu keras-keras. Dan tentu saja itu akan mengakhiri mendung di hatiku.
Kukirim surat itu melalui kurir, Udin, seorang ko-as teman SMA-ku. Kupesan agar jawabannya kalau bisa segera. Udin sih oke-oke saja, jajan bakso di Gejayan pasti tidak bisa ditolaknya.
Jantungku berdegup keras ketika Udin meneleponku dan mengatakan Yanti ingin bertemu di bangsal anak satu jam lagi. Degg…satu jam yang sangat lama bagiku. Aku terus berdo’a, “Ya Allah jadikanlah cintaku bersambut cintanya…” ya, kadang-kadang akupun masih ingat Tuhan , terutama disaat-saat tak ada cara lain didalam benakku selain do’a.
Selasar didepan bangsal anak. Peristiwa yang sangat berkesan didalam hatiku. Dengan penampilan yang “meyakinkan”. Baju koko terbaru, dan rambut terpotong rapi, aku melangkah menemui Yanti yang sudah menunggu. Dia masih menggunakan jas praktikum putihnya. Senyumnya sudah mengembang melihat kedatanganku, wah prospek cerah nih !
“Assalamualaikum…sudah baca surat ku khan ?” sapa ku dengan salam. Sesuatu yang amat jarang aku ucapkan.
“Waalaikumsalam. Sudah. Jadi Tyo suka sama saya, cinta sama saya ?” suara lembut seperti seorang ibu yang menghadapi anak nakalnya. “Terus, sekarang Tyo mau apa ?”
“Ya, terus gimana dengan Yanti ? Yanti terima tidak cinta saya ?” Gleg. Lidahku kelu. Padahal biasanya menggombal adalah keahlianku. Namun kali ini aku benar-benar kena batunya!
“Tentu saja Yanti terima cinta Tyo. Terus habis itu gimana ?” masih dengan senyum lembut yang membuatku hampir tak bisa bicara.
“Ya…terus kita jadian. Kau jadi pacarku begitu…” jawabku ragu. Ingin kutelan kalimat yang baru saja meluncur dari mulutku. Mengingat aku tahu karakter orang-orang seperti Yanti yang anti pacaran.
“Wah, kenapa pacaran ? gimana kalau kita nikah saja ?”
Deg, aku hanya berdiri kaku. Menikah ? sebuah tantangan yang baru pertama kali ini ku terima. Hari itu “si buaya” benar-benar KO! Aku tak habis pikir. Selama karirku menjadi “buaya”, tak satupun gadis yang berani menantangku untuk menikah. Apalagi saat di “tembak”.
“Me…menikah ? wah, kalau begitu a…aku pikir-pikir dulu…” pikir-pikir ? sebuah jawaban yang tidak bermutu setelah pernyataan cinta yang menggebu-gebu. Namun, hanya itulah amunisi kata-kata yang kupunyai saat itu. Sementara amunisi lain sudah lenyap karena memang kondisi yang di prediksikan tidak sesuai kenyataan.
Menikah aku harus berani. Tak peduli apa kata orang. Aku sudah jatuh cinta beneran sama Yanti. Masak “buaya” takut di tantang menikah. Tetapi kemudian aku teringat dengan cerita-cerita sumbang tentang pernikahan. Orang yang menikah akan di bebani tanggung jawab. Harus setia. Harus punya pekerjaan. Harus ini. Harus itu. Nanti kalau punya anak kan repot. Perlu biaya besar dan segala macam problema rumah tangga yang kudengar dari mereka yang “berpengalaman” menikah, menghantui pikiranku.
Dan yang jelas setelah menikah aku tidak bebas lagi. Itulah yang terlintas di benakku. Aku mulai ragu. Apalagi sehari setelah peristiwa itu, Kristin mengajak baikan. Aku semakin bingung dan kacau. Disatu sisi jujur kuakui aku sangat takut menikah. Disisi lain aku benar-benar “terobsesi” pada Yanti. I’m trully, madly, deeply, do love her. Pusiinggg…aku mulai takut dan kacau. Kuliah yang tinggal mengulang sering kutinggalkan. Aku lebih sering membaca buku. Di kos, perpus dan bahkan di toko buku. Temanya tentu saja pernikahan. Namun semua buku itu hanya membuatku semakin pening. Ada yan bilang menikah disaat kuliah itu sangat mendukung perkembangan jiwa sesorang. Namun di lain buku ada yang menulis bahwa menikah diusia muda hanya akan membawa perceraian dan ketidakbahagiaan.
Akhirnya kuputuskan untuk berpikir sendiri. Sepekan penuh aku berfikir keras. Bahkan laporan praktikum pun harus menunggu. Kucoba menata satu-persatu masalah dan potensi yang akan kuhadapi dan aku punyai untuk menikah. Masalah ? tentu saja ada, karena aku masih kuliah, orang bilang kalau menikah saat kuliah akan berantakan salah satunya. Ah, itu Cuma kata orang. Yang lain juga bilang kalau menikah di saat kuliah justru akan membuat kita lebih dewasa.
Kurasa masalah lain yang jauh lebih besar adalah bahwa aku belum punya penghasilan. Kata orang kalau menikah, seorang laki-laki harus menafkahi istri dan keluarganya. Wah, bagaimana mau menafkahi sementara aku belum kerja. Tapi kurasa babe-ku tidak keberatan untuk melipatduakan dana kiriman bulanan. Selain beliau cukup berada untuk mensuplai dana buatku, beliau juga pernah berkata bahwa, jika kau menikah dan belum punya pekerjaan beliau akan membantu.
Setelah sekian waktu berpikir keras, aku menyerah. Kurasa otak-ku tak kan mampu mengeksekusi sebuah keputusan untuk menikah atau tidak. Ditengah keputusasaanku aku teringat Udin. Kurasa dia bisa membantuku untuk memecahkan masalah ini. Aku selalu percaya anak-anak SKI dan alumninya mempunyai kebijakan yang bisa diandalkan untuk memecahkan masalah-masalah rumit. Mereka punya intuisi yang menakjubkan untuk menghadapai masalah yang berat sekalipun. Aku meminta pertimbangan pada Udin yang alim ini. Udin hanya terwata. “Shalat Istikharah aja, minta petunjuk sama Tuhan.”
Kuputuskan untuk mengikuti saran Udin. Kuambil air wudhu dengan sempurna dan aku shalat dengan khusyuknya. Kurasa itu adalah shalat yang paling khusyuk sepanjang hidupku. Kupasrahkan segalanya pada-Nya. Jikalau Yanti yang terbaik untukku maka kuatkanlah tekadku untuk menikah dengannya. Jikalau bukan maka, biarkanlah kami menjadi sahabat yang sejati. Sebuah do’a yang tak pernah keluar dari dalam hatiku sebelumnya. Namun kini do’a ini amat kusyukuri. Mungkin ini salah satu do’a terbaik sepanjang hidupku.
Esok pagi aku bangun dengan cerah. Tekadku bulat. Tuhan dan cintaku akan menguatkan kelemahanku! Akan kupenuhi tantangan Yanti. Maukah kamu menikah dengan ku ? kalimat itu terus terucap dihatiku. Kutelepon orang tuaku. Dan mereka memberiku lampu hijau. “yang penting kamu harus lulus kuliah.” Ya, untungnya orang tuaku permisif untuk urusan ini. Kebetulan keluarga orang tuaku punya kultur menikah di usia muda, dan ini kusyukuri sampai saat ini. Tak lupa beliau berdua mengcapkan selamat atas keberanianku untuk menikah. Selama ini beliau berdua selalu mendesakku untuk menikah, tapi aku selalu menjawab, “Ntar, kalo udah lulus…”
Kukurim SMS kepada Yanti. Aku ingin bertemu dengannya di tempat yang sama saat Dia menantangku. Didepan Bangsal Anak. Kubilang aku ingin menyampaikan sesuatu pernyataan penting.
Walaupun hatiku sudah sangat mantap, jantungku masih saja berdegup keras. Dihatiku masih berlintasan berbagai pertanyaan. Bagaimana kalau Dia menolak ? kalau setuju bagaimana nanti kesiapanku ? Ah, kutepis semua pertanyaan itu. Kalaupun Dia menolak artinya Tuhan belum menentukan Dia sebagai jodohku. Tentang bagaimana nanti, kupasrahkan pada Tuhan. Entahlah, aku lebih religius setelah bertemu dengan Yanti.
Kali ini aku tampil sederhana, aku pasrah pada Tuhan. Aku merasa ringan dan bersih. Kaos lengan panjang hitam, celana kargo dan sandal gunung. Sangat berbeda dengan pertemuan sebelumnya. Aku ingin tampil apa adanya, inilah aku, dengan segala kekuranganku.
Dan selasar didepan Bangsal Anak menjadi saksi. Dengan bergetar, Bismillah kukatakan “Yanti mau kah kau menjadi istriku ?” pernyataan yang terlalu lugas buat seekor “buaya” seperti aku. Namun saat itu hanya itulah kata-kata yang kumiliki. Sebuah ungkapan terjujur yang pernah kuungkapkan pada gadis yang kucintai.
“Saya bersedia…menjadi istri Tyo. Tapi syaratnya…Tyo harus mengaji…” kali ini jawaban Yanti sangat serius. Senyum yang biasanya menghiasi wajahnya menghilang. Suaranya bergetar terbata-bata, seperti suaraku saat mengucapkan pernyataan berat itu dengan serak. Mata indahnya berkaca-kaca.
Dunia seakan lepas dari kaki ku. Semua beban lenyap tak bersisa. Aku mau teriak pada seluruh dunia sebuah proklamasi “Aku cinta Yantiiii…” namun kesadaranku masih bersamaku. Aku masih ingat dimana aku berada. Ku ambil napas panjang, “Alhamdulillah…ya tentu saja aku mau mengaji…”
Sore itu kutraktir Udin atas suksesnya lamaranku. “Wheii…Masya Allah. Selamat ya!” Udin menepuk bahuku dengan bangga. Aku juga bangga dan bahagia.
“Wah kalo begitu nanti, pas walimahannya aku mau jadi event organizer-nya.” Tawaran yang pasti takkan kutolak. Setidaknya Udin-lah mak comblangku. Hari ini sekerat ayam goreng dimulutku terasa sangat enak. Mungkin yang terenak yang pernah kurasakan.
Pagi itu kuterima SMS dari Yanti. “Ngajinya mulai nanti sore, lho. Nanti jemput Udin di depan parkiran RS jam 4 sore.” Hah? Ngaji sore-sore? Lagian bukannya ngaji bisa sambil nonton teve. Kayak pengajiannya Aa Gym ? Padahal sore ini aku mau latihan basket. Aku bingung sesaat, namun demi cinta apapun kan kujalani…huiii gombal !!!
Sore itu kujemput Udin. Kami melaju menuju tempat yang ditunjukkan Udin. Sebuah rumah kos kecil di Pugong. Aku heran, tak ada tanda-tanda orang akan pergi mengajike situ.
“Mana pengajiannya, Din ? kok sepi ?” tanyaku ragu. “Didalam. Dah masuk ajah.”
Ternyata yang disebut pengajian oleh Yanti, jauh berbeda dengan apa yang aku bayangkan. Sebuah pertemuan kecil. Lima orang dengan salah satunya menjadi pemateri. Dan semuanya mahasiswa! Tak ada kiyai yang kubayangkan mengisi pengajian ini. Dan temanya pun sangat berbeda dengan pengajian yang kukenal. Disini kami juga membahas politik aktual. Sesuatu yang tabu dibicarakan di pengajian umum.
Aku mudah merasa include dengan mereka meski semua itu asing bagiku. Dengan segala ke-alim-an, keramahan, keterbukaan, mereka membuatku yang masih beginner ini, tidak merasa tertinggal jauh. Tak ada kesan arogan dan merasa lebih senior pada mereka. Walaupun jelas, aku tidak ada apa-apa nya dibanding mereka. Baik politik, apalagi agama.
Dan saat yang agung dalam hidupku itu pun tiba. Setelah sebulan sejak aku melamar Yanti, kami menikah. Suasana yang begitu sakral kurasakan. Setelah ikrar agung itu ku-ucapkan dan Yanti mencium tangaku pertama kalinya. Tak kuasa kutahan air mata haru dan bahagiaku. Senyum photogenic-ku berantakan ketika Udin memfoto kami berdua.
“Hoi, jangan nangis, ini kan hari bahagia.” Udin terus saja menggoda kami.
Ya, sejak saat itulah perjalanan hidup kami lalui bersama. Aku terus berproses menjadi manusia sejati dengan dorongan Yanti yang tak pernah putus. Dialah coach dan trainer-ku. Banyak ilmu agama yang belum kuketahui kudapat darinya. Tak perlu malu atau gengsi. Toh kenyataanya memanh aku yang harus banyak belajar. Walaupun dia juga sering kutraining bagaimana merawat mesin motornya dengan baik.
Saat aku malas mengaji, dialah yang selalu mendorongku. “Bu dokter, hari ini daku absen ngaji ya? Capek nih, habis nguber-nguber dosen pembimbing…”
“Gak boleh darling calon ST. gak boleh males ngaji. Inget janji dulu, hayo. Kalo gak ngaji gak ada yang pijitin nanti malam!” senyum mu memang charger buat semangat ku yang mudah pudar ini.
Kau juga selalu membuatku tak pernah kehabisan energi untuk menyelesaikan tugas akhirku yang berat. Hingga wisudaku begitu tak terasa sudah didepan mata. Foto wisuda bersama istri yang dulu kuanggap khayal terwujud juga! Wah senangnya.
Namun ternyata hidup tidak berhenti dengan wisudaku sebagai S.T. Dunia kerja ternyata tidak seramah yang kukira. Berkali-kali aku melamar pekerjaan, berulang-ulang pula aku harus mengambil kembali lamaranku. Namun Yanti tak pernah merasa lelah untuk menyemangatiku. Saat ku lelah dialah tempatku bersandar, saat ku patah dialah yang sembuhkan aku. Diala yang telah membimbingku menjadi manusia sejati. Dialah anugerah terindah yang pernah kumiliki. Yang menuntunku dari kegelapan menuju cahaya Illahi.
Sore itu kuketuk pintu rumah dengan semangat. Kudengar langkahnya tergesa menuju pintu. Pintu terbuka dan seperti biasa senyumnya menyambutku hangat. Dia baru saja hendak mencium tanganku sebelem kuraih pinggang nya dan kupeluk dia sambil berputar-putar.
“Eh,eh, apaan nih…turun-turun…” jeritnya meronta-ronta.
“Gak mau. Gak akan kuturunkan sampai aku pusing. Aku diterima, honey!” teriakku sambil terus berputar dan menjatuhkan diri.
“Alhamdulillah…eit, tapi ingat lima puluh persen dari penghasilan bulanan harus deserahkan pada sang istri.” Godanya sambil menunjuk hidungku.
“Gak mau, akan ku berikan semuanya buat kekasihku. Itu lo yang dokter eh insinyur itu. Siapa namanya ? Emmm… Kristin atau…” kataku sambil memencet hidungnya.
“Apa…dasar buaya jahat…”
“Eh, kok malah senyum-senyum sendiri? Gak enak ya sopnya?” pelukan hangat istriku membuyarkan lamunan nostalgiaku.
“Emmm…enak-enak. Cuma lagi ngelamunin, gimana tampang baby kita kalo udah lahir nanti.”
“Uuu…gombal!” Seperti biasa kalau gemas, Yanti mencubitku. Aku hanya tertawa.
Sungguh besar pahala bagi mereka yang menjadi jalan hidayah bagi seseorang. Kukecup kening permataku. Kekasihku, bidadari tak secantik senyummu. Semoga Allah menetapkan surga untukmu, untuk semua pengorbanan dan baktimu.
SELASAI ^_^
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarokhatuh………….
Bismillahirahmanirrahim………
Apa kbr sahabat fillah? Insya Allah selalu dalam lindunganNya. Allahumma amin.
Baca cerpen lagi yukkkk ^_^
“Bangun ! imam besar, makmum udah nunggu nih…” bisikan lembut yang mengikuti kecupan dipipiku itu membuatku tak bisa menolak untuk membuka mataku yang masih lengket ini. Kulirik jam di dinding oranye kamar tidur kami dengan seperempat mata terbuka. Pukul tiga pagi.
“Setengah jam lagi yah Makmum Cantik, Imam Besar masih ngantuk berat nih…!” kututupkan lagi selimut yang tersingkap ini ke kepala ku.
“Gak mau, harus bangun sekarang, ntar kucubit lo!” kali ini rengekan manja ini tak bisa kutolak lagi. Dengan bergaya sempoyongan ku melangkahkan ke kamar mandi untuk berwudhu. “Eh…selimutnya gak usah dibawa sayang…!
Pagi ini aku berpura-pura tampak capek. Setelah tidurku tadi malam “terganggu” untuk shalat malam, disambung shalat subuh. Dan “terpaksa” membaca satu juz Al-Qur’an agar aku tidak terlelap lagi. Dengan gaya kuyu aku duduk di depan meja makan menanti sarapan yang disiapkan istriku. Hari ini aku berangkat pagi. Ada rapat.
“Pagi Kanda…pagi ini Dinda buatkan sop pavorit Kanda, biar gak ngantuk lagi.” Senyum manis istriku sudah menyambutku di ruang makan. Aku masih pura-pura sebal. Padahal senyum itulah yang membuatku tak bisa pergi lama darinya dalam dua tahun terakhir ini.
Aku teringat ketika pertama kali kami bertemu. Sebenarnya bukan yang pertama, dia adalah teman SMP-ku. Namun sejak lulus SMP kami tak pernah berjumpa sampai kami bertemu diruang Poliklinik Umum RS Dr.Sardjito. secara kebetulan, sebuah skenario yang indah dari Sang Maha Sutradara. Perjumpaan yang akan mengubah jalan cerita hidupku.
Perutku yang melilit-lilit sejak pagi memaksaku untuk terpaksa menginjakkan ke tempat yang palin aku benci, rumah sakit. Mungkin karena sehari sebelumnya aku dan teman-teman jurusan mesin berpesta di rumah salah satu teman yang telah di wisuda. Seperti biasa anak-anak mesin yang 98,57 persen laki-laki pasti akan melakukan sesuatu yang “radikal” walau kadang konyol. Sesuatu yang dianggap sebagai permainan untuk membuktikan “kejantanan” yang kadang tidak jelas parameternya. Kemenanganku di lomba makan sambal yang mengerikan itu telah mengantarkanku ketempat yang kubenci ini. Walaupun akhirnya peristiwa itu amat kusyukuri.
*~::♥◘♥º♥◘♥::~**~::♥◘♥º♥◘♥
Waktu itu aku belum lulus, walaupun angka sepuluh menempel dengan malu-malu di semester yang sudah aku tempuh. Biasa anak Mesin memang lambat lulus, begitu biasanya aku berapologi. Walaupun sebenarnya sudah banyak temanku yang lulus. Termasuk yang menyediakan “Pesta Sambal” itu.
Ketika aku melangkah masuk keruang periksa, kulihat senyum yang tidak akan pernah kulupakan. Yanti, temanku SMP dulu, aku tidak akan lupa. Meskipun kini dia memakai kerudung besar di kepalanya. Itulah satu-satunya perubahan besar yang tampak padanya. Sebentar, dia juga bertambah cantik!
“Masya Allah, Tyo ya ? Assalamualaikum…kena apa ?” kata-kata pertama setelah delapan tahun tak bertemu. Waktu itu aku tak banyak bicara, keterkejutan dan sesuatu bergemuruh dihatiku membuatku menjadi pendiam. Bahkan ketika dia mulai “menginterogasi” gejala sakitku aku hanya menjawab sepotong-sepotong. Padahal biasanya aku sangat rewel bila diperiksa.
Ketika itu Yanti masih ko-as. Setelah wisuda menjadi S.Ked. beberapa bulan sebelumnya. Entah mengapa sejak pertemuan itu, aku selalu jadi ingin bertemu dengannya. Padahal saat itu aku sudah punya pacar, Kristin.
Ya, saat itu pergaualanku sangat bebas. Aku tak perduli ketika banyak temanku yang “alim” mempertanyakan hubunganku dengan Kristin yang Khatolik itu. Waktu itu tak masalah bagiku pacaran dengan gadis yang berbeda agama. Toh belum tentu menikah.
“Ah, jangan fanatik, dosen kita aja ada yang istrinya beda agama. Dan mereka oke-oke saja.” Argumen yang selalu aku pakai untuk menepis suara miring tentang Kristin. Namun akhir-akhir itu Kristin agak menjauh dariku setelah aku menolak ikut acara natalan bersama keluarganya. Entahlah walaupun dari sentuhan religius, aku masih merasa perlu untuk tetap konsisten sebagai orang Islam. Aku pernah dengar ada kiyai yang melarang umat Islam ikut natalan.
“Wah…males Kris. Lagian aku kan orang Islam. Aneh kalo ikut natalann nanti dikira murtad aku…”
Kristin yang mulai berlalu dan perjumpaan yang berkesan di Poliklinik, semakin membuatku mantap untuk mendekati Yanti. Kupikir ini seperti mengungkapkan cinta yang dulu tak terungkapkan saat SMP. Dulu aku memang pernah menyukai Yanti ketika SMP. Namun cinta monyet segera berlalu. Di SMA aku berpacaran dengan Erlin, Julia, Anna…wah aku memang “buaya”!
Yanti memang tak secantik Kristin yang aduhai itu. Tapi senyumnya yang ikhlas dan natural tanpa sapuan kosmetik itu benar-benar membuatku “melayang”. Entahlah seharusnya aku tidak tertarik pada penampilannya yang “Full Cowled”. Kurasa ada “Something Wrong” pada hatiku. Biasanya aku hanya mengejar gadis untuk “having fun”. Dan tentu saja gadis yang bisa diajak “having fun” bukan tipe seperti yanti ini. Aku tahu karakter orang-orang berkerudung besar seperti Yanti ini. Mereka anti pacaran !
Karena itu aku mencari metoda pendekatan lain. Kukirim SMS dengan pesan-pesan religius yang kudapat dari anak-anak SKI dan buku-buku agama. Aku kadang sekedar mampir kerumahnya dengan berjuta alasan agar bisa bertemu. Mengajak reuni, atau sekedar menanyakan khabar. Dan tentu saja aku harus tampil dengan penampilan yang menunjang. Harus tampil religius. Baju koko plus peci pinjaman jadi modal meyakinkan. Itupun aku tak pernah bisa ngobrol berdua. Yanti selalu mengajak ibunya ikut berbincang. Wah aku jadi keki. Ilmu “menggombal buaya-ku” tak bisa kupakai! Tapi tetap saja aku senang. Melihat senyumnya saja membuatku melihat dunia dua kali lebih indah! Suer!
*~::♥◘♥º♥◘♥::~**~::♥◘♥º♥◘♥
Setelah berjalan sebulan aku muali yakin bahwa aku jatuh cinta beneran sama Yanti. Kubulatkan tekad untuk menyatakan hatiku padanya. Dengan segenap pengalamanku sebagai “buaya”, kutulis sepucuk surat cinta penuh rayuan gombal yang sampai sekarang masih kami simpan sebagai kenangan. Biasanya kalau aku lagi ngambek, Yanti akan membacakan surat itu keras-keras. Dan tentu saja itu akan mengakhiri mendung di hatiku.
Kukirim surat itu melalui kurir, Udin, seorang ko-as teman SMA-ku. Kupesan agar jawabannya kalau bisa segera. Udin sih oke-oke saja, jajan bakso di Gejayan pasti tidak bisa ditolaknya.
Jantungku berdegup keras ketika Udin meneleponku dan mengatakan Yanti ingin bertemu di bangsal anak satu jam lagi. Degg…satu jam yang sangat lama bagiku. Aku terus berdo’a, “Ya Allah jadikanlah cintaku bersambut cintanya…” ya, kadang-kadang akupun masih ingat Tuhan , terutama disaat-saat tak ada cara lain didalam benakku selain do’a.
Selasar didepan bangsal anak. Peristiwa yang sangat berkesan didalam hatiku. Dengan penampilan yang “meyakinkan”. Baju koko terbaru, dan rambut terpotong rapi, aku melangkah menemui Yanti yang sudah menunggu. Dia masih menggunakan jas praktikum putihnya. Senyumnya sudah mengembang melihat kedatanganku, wah prospek cerah nih !
“Assalamualaikum…sudah baca surat ku khan ?” sapa ku dengan salam. Sesuatu yang amat jarang aku ucapkan.
“Waalaikumsalam. Sudah. Jadi Tyo suka sama saya, cinta sama saya ?” suara lembut seperti seorang ibu yang menghadapi anak nakalnya. “Terus, sekarang Tyo mau apa ?”
“Ya, terus gimana dengan Yanti ? Yanti terima tidak cinta saya ?” Gleg. Lidahku kelu. Padahal biasanya menggombal adalah keahlianku. Namun kali ini aku benar-benar kena batunya!
“Tentu saja Yanti terima cinta Tyo. Terus habis itu gimana ?” masih dengan senyum lembut yang membuatku hampir tak bisa bicara.
“Ya…terus kita jadian. Kau jadi pacarku begitu…” jawabku ragu. Ingin kutelan kalimat yang baru saja meluncur dari mulutku. Mengingat aku tahu karakter orang-orang seperti Yanti yang anti pacaran.
“Wah, kenapa pacaran ? gimana kalau kita nikah saja ?”
Deg, aku hanya berdiri kaku. Menikah ? sebuah tantangan yang baru pertama kali ini ku terima. Hari itu “si buaya” benar-benar KO! Aku tak habis pikir. Selama karirku menjadi “buaya”, tak satupun gadis yang berani menantangku untuk menikah. Apalagi saat di “tembak”.
“Me…menikah ? wah, kalau begitu a…aku pikir-pikir dulu…” pikir-pikir ? sebuah jawaban yang tidak bermutu setelah pernyataan cinta yang menggebu-gebu. Namun, hanya itulah amunisi kata-kata yang kupunyai saat itu. Sementara amunisi lain sudah lenyap karena memang kondisi yang di prediksikan tidak sesuai kenyataan.
Menikah aku harus berani. Tak peduli apa kata orang. Aku sudah jatuh cinta beneran sama Yanti. Masak “buaya” takut di tantang menikah. Tetapi kemudian aku teringat dengan cerita-cerita sumbang tentang pernikahan. Orang yang menikah akan di bebani tanggung jawab. Harus setia. Harus punya pekerjaan. Harus ini. Harus itu. Nanti kalau punya anak kan repot. Perlu biaya besar dan segala macam problema rumah tangga yang kudengar dari mereka yang “berpengalaman” menikah, menghantui pikiranku.
Dan yang jelas setelah menikah aku tidak bebas lagi. Itulah yang terlintas di benakku. Aku mulai ragu. Apalagi sehari setelah peristiwa itu, Kristin mengajak baikan. Aku semakin bingung dan kacau. Disatu sisi jujur kuakui aku sangat takut menikah. Disisi lain aku benar-benar “terobsesi” pada Yanti. I’m trully, madly, deeply, do love her. Pusiinggg…aku mulai takut dan kacau. Kuliah yang tinggal mengulang sering kutinggalkan. Aku lebih sering membaca buku. Di kos, perpus dan bahkan di toko buku. Temanya tentu saja pernikahan. Namun semua buku itu hanya membuatku semakin pening. Ada yan bilang menikah disaat kuliah itu sangat mendukung perkembangan jiwa sesorang. Namun di lain buku ada yang menulis bahwa menikah diusia muda hanya akan membawa perceraian dan ketidakbahagiaan.
Akhirnya kuputuskan untuk berpikir sendiri. Sepekan penuh aku berfikir keras. Bahkan laporan praktikum pun harus menunggu. Kucoba menata satu-persatu masalah dan potensi yang akan kuhadapi dan aku punyai untuk menikah. Masalah ? tentu saja ada, karena aku masih kuliah, orang bilang kalau menikah saat kuliah akan berantakan salah satunya. Ah, itu Cuma kata orang. Yang lain juga bilang kalau menikah di saat kuliah justru akan membuat kita lebih dewasa.
Kurasa masalah lain yang jauh lebih besar adalah bahwa aku belum punya penghasilan. Kata orang kalau menikah, seorang laki-laki harus menafkahi istri dan keluarganya. Wah, bagaimana mau menafkahi sementara aku belum kerja. Tapi kurasa babe-ku tidak keberatan untuk melipatduakan dana kiriman bulanan. Selain beliau cukup berada untuk mensuplai dana buatku, beliau juga pernah berkata bahwa, jika kau menikah dan belum punya pekerjaan beliau akan membantu.
Setelah sekian waktu berpikir keras, aku menyerah. Kurasa otak-ku tak kan mampu mengeksekusi sebuah keputusan untuk menikah atau tidak. Ditengah keputusasaanku aku teringat Udin. Kurasa dia bisa membantuku untuk memecahkan masalah ini. Aku selalu percaya anak-anak SKI dan alumninya mempunyai kebijakan yang bisa diandalkan untuk memecahkan masalah-masalah rumit. Mereka punya intuisi yang menakjubkan untuk menghadapai masalah yang berat sekalipun. Aku meminta pertimbangan pada Udin yang alim ini. Udin hanya terwata. “Shalat Istikharah aja, minta petunjuk sama Tuhan.”
Kuputuskan untuk mengikuti saran Udin. Kuambil air wudhu dengan sempurna dan aku shalat dengan khusyuknya. Kurasa itu adalah shalat yang paling khusyuk sepanjang hidupku. Kupasrahkan segalanya pada-Nya. Jikalau Yanti yang terbaik untukku maka kuatkanlah tekadku untuk menikah dengannya. Jikalau bukan maka, biarkanlah kami menjadi sahabat yang sejati. Sebuah do’a yang tak pernah keluar dari dalam hatiku sebelumnya. Namun kini do’a ini amat kusyukuri. Mungkin ini salah satu do’a terbaik sepanjang hidupku.
Esok pagi aku bangun dengan cerah. Tekadku bulat. Tuhan dan cintaku akan menguatkan kelemahanku! Akan kupenuhi tantangan Yanti. Maukah kamu menikah dengan ku ? kalimat itu terus terucap dihatiku. Kutelepon orang tuaku. Dan mereka memberiku lampu hijau. “yang penting kamu harus lulus kuliah.” Ya, untungnya orang tuaku permisif untuk urusan ini. Kebetulan keluarga orang tuaku punya kultur menikah di usia muda, dan ini kusyukuri sampai saat ini. Tak lupa beliau berdua mengcapkan selamat atas keberanianku untuk menikah. Selama ini beliau berdua selalu mendesakku untuk menikah, tapi aku selalu menjawab, “Ntar, kalo udah lulus…”
Kukurim SMS kepada Yanti. Aku ingin bertemu dengannya di tempat yang sama saat Dia menantangku. Didepan Bangsal Anak. Kubilang aku ingin menyampaikan sesuatu pernyataan penting.
Walaupun hatiku sudah sangat mantap, jantungku masih saja berdegup keras. Dihatiku masih berlintasan berbagai pertanyaan. Bagaimana kalau Dia menolak ? kalau setuju bagaimana nanti kesiapanku ? Ah, kutepis semua pertanyaan itu. Kalaupun Dia menolak artinya Tuhan belum menentukan Dia sebagai jodohku. Tentang bagaimana nanti, kupasrahkan pada Tuhan. Entahlah, aku lebih religius setelah bertemu dengan Yanti.
Kali ini aku tampil sederhana, aku pasrah pada Tuhan. Aku merasa ringan dan bersih. Kaos lengan panjang hitam, celana kargo dan sandal gunung. Sangat berbeda dengan pertemuan sebelumnya. Aku ingin tampil apa adanya, inilah aku, dengan segala kekuranganku.
Dan selasar didepan Bangsal Anak menjadi saksi. Dengan bergetar, Bismillah kukatakan “Yanti mau kah kau menjadi istriku ?” pernyataan yang terlalu lugas buat seekor “buaya” seperti aku. Namun saat itu hanya itulah kata-kata yang kumiliki. Sebuah ungkapan terjujur yang pernah kuungkapkan pada gadis yang kucintai.
“Saya bersedia…menjadi istri Tyo. Tapi syaratnya…Tyo harus mengaji…” kali ini jawaban Yanti sangat serius. Senyum yang biasanya menghiasi wajahnya menghilang. Suaranya bergetar terbata-bata, seperti suaraku saat mengucapkan pernyataan berat itu dengan serak. Mata indahnya berkaca-kaca.
Dunia seakan lepas dari kaki ku. Semua beban lenyap tak bersisa. Aku mau teriak pada seluruh dunia sebuah proklamasi “Aku cinta Yantiiii…” namun kesadaranku masih bersamaku. Aku masih ingat dimana aku berada. Ku ambil napas panjang, “Alhamdulillah…ya tentu saja aku mau mengaji…”
Sore itu kutraktir Udin atas suksesnya lamaranku. “Wheii…Masya Allah. Selamat ya!” Udin menepuk bahuku dengan bangga. Aku juga bangga dan bahagia.
“Wah kalo begitu nanti, pas walimahannya aku mau jadi event organizer-nya.” Tawaran yang pasti takkan kutolak. Setidaknya Udin-lah mak comblangku. Hari ini sekerat ayam goreng dimulutku terasa sangat enak. Mungkin yang terenak yang pernah kurasakan.
Pagi itu kuterima SMS dari Yanti. “Ngajinya mulai nanti sore, lho. Nanti jemput Udin di depan parkiran RS jam 4 sore.” Hah? Ngaji sore-sore? Lagian bukannya ngaji bisa sambil nonton teve. Kayak pengajiannya Aa Gym ? Padahal sore ini aku mau latihan basket. Aku bingung sesaat, namun demi cinta apapun kan kujalani…huiii gombal !!!
Sore itu kujemput Udin. Kami melaju menuju tempat yang ditunjukkan Udin. Sebuah rumah kos kecil di Pugong. Aku heran, tak ada tanda-tanda orang akan pergi mengajike situ.
“Mana pengajiannya, Din ? kok sepi ?” tanyaku ragu. “Didalam. Dah masuk ajah.”
Ternyata yang disebut pengajian oleh Yanti, jauh berbeda dengan apa yang aku bayangkan. Sebuah pertemuan kecil. Lima orang dengan salah satunya menjadi pemateri. Dan semuanya mahasiswa! Tak ada kiyai yang kubayangkan mengisi pengajian ini. Dan temanya pun sangat berbeda dengan pengajian yang kukenal. Disini kami juga membahas politik aktual. Sesuatu yang tabu dibicarakan di pengajian umum.
Aku mudah merasa include dengan mereka meski semua itu asing bagiku. Dengan segala ke-alim-an, keramahan, keterbukaan, mereka membuatku yang masih beginner ini, tidak merasa tertinggal jauh. Tak ada kesan arogan dan merasa lebih senior pada mereka. Walaupun jelas, aku tidak ada apa-apa nya dibanding mereka. Baik politik, apalagi agama.
Dan saat yang agung dalam hidupku itu pun tiba. Setelah sebulan sejak aku melamar Yanti, kami menikah. Suasana yang begitu sakral kurasakan. Setelah ikrar agung itu ku-ucapkan dan Yanti mencium tangaku pertama kalinya. Tak kuasa kutahan air mata haru dan bahagiaku. Senyum photogenic-ku berantakan ketika Udin memfoto kami berdua.
“Hoi, jangan nangis, ini kan hari bahagia.” Udin terus saja menggoda kami.
Ya, sejak saat itulah perjalanan hidup kami lalui bersama. Aku terus berproses menjadi manusia sejati dengan dorongan Yanti yang tak pernah putus. Dialah coach dan trainer-ku. Banyak ilmu agama yang belum kuketahui kudapat darinya. Tak perlu malu atau gengsi. Toh kenyataanya memanh aku yang harus banyak belajar. Walaupun dia juga sering kutraining bagaimana merawat mesin motornya dengan baik.
Saat aku malas mengaji, dialah yang selalu mendorongku. “Bu dokter, hari ini daku absen ngaji ya? Capek nih, habis nguber-nguber dosen pembimbing…”
“Gak boleh darling calon ST. gak boleh males ngaji. Inget janji dulu, hayo. Kalo gak ngaji gak ada yang pijitin nanti malam!” senyum mu memang charger buat semangat ku yang mudah pudar ini.
Kau juga selalu membuatku tak pernah kehabisan energi untuk menyelesaikan tugas akhirku yang berat. Hingga wisudaku begitu tak terasa sudah didepan mata. Foto wisuda bersama istri yang dulu kuanggap khayal terwujud juga! Wah senangnya.
Namun ternyata hidup tidak berhenti dengan wisudaku sebagai S.T. Dunia kerja ternyata tidak seramah yang kukira. Berkali-kali aku melamar pekerjaan, berulang-ulang pula aku harus mengambil kembali lamaranku. Namun Yanti tak pernah merasa lelah untuk menyemangatiku. Saat ku lelah dialah tempatku bersandar, saat ku patah dialah yang sembuhkan aku. Diala yang telah membimbingku menjadi manusia sejati. Dialah anugerah terindah yang pernah kumiliki. Yang menuntunku dari kegelapan menuju cahaya Illahi.
Sore itu kuketuk pintu rumah dengan semangat. Kudengar langkahnya tergesa menuju pintu. Pintu terbuka dan seperti biasa senyumnya menyambutku hangat. Dia baru saja hendak mencium tanganku sebelem kuraih pinggang nya dan kupeluk dia sambil berputar-putar.
“Eh,eh, apaan nih…turun-turun…” jeritnya meronta-ronta.
“Gak mau. Gak akan kuturunkan sampai aku pusing. Aku diterima, honey!” teriakku sambil terus berputar dan menjatuhkan diri.
“Alhamdulillah…eit, tapi ingat lima puluh persen dari penghasilan bulanan harus deserahkan pada sang istri.” Godanya sambil menunjuk hidungku.
“Gak mau, akan ku berikan semuanya buat kekasihku. Itu lo yang dokter eh insinyur itu. Siapa namanya ? Emmm… Kristin atau…” kataku sambil memencet hidungnya.
“Apa…dasar buaya jahat…”
“Eh, kok malah senyum-senyum sendiri? Gak enak ya sopnya?” pelukan hangat istriku membuyarkan lamunan nostalgiaku.
“Emmm…enak-enak. Cuma lagi ngelamunin, gimana tampang baby kita kalo udah lahir nanti.”
“Uuu…gombal!” Seperti biasa kalau gemas, Yanti mencubitku. Aku hanya tertawa.
Sungguh besar pahala bagi mereka yang menjadi jalan hidayah bagi seseorang. Kukecup kening permataku. Kekasihku, bidadari tak secantik senyummu. Semoga Allah menetapkan surga untukmu, untuk semua pengorbanan dan baktimu.
SELASAI ^_^
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarokhatuh………….
Cerpen Ketegaran Cinta Bertakbir
*~::♥◘♥º♥◘♥::~**~::♥◘♥º♥◘♥
::~**~::♥◘♥º♥◘♥::~**~::♥◘♥ º♥◘♥::~*
♥::~**~::♥◘♥Ketegaran Cinta Bertakbir♥◘♥::~**~::♥
*~::♥◘♥º♥◘♥::~**~::♥◘♥º♥◘♥ ::~**~::♥◘♥º♥◘♥::~**~::♥◘♥ º♥◘♥::~*
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokhatuh….
Seorang sahabat, Mimi namanya, kami bersahabat puluhan tahun sejak kami sama-sama duduk di sekolah dasar (SD), selama beberapa tahun itu saya mengenalnya, sangat mengenalnya, Mimi gadis sederhana, anak tunggal seorang juragan sapi perah di wilayah kami, memiliki mata sebening kaca, dan lesung pipit yang manis menawan siapa saja akan runtuh hatinya jika memandang senyumnya, termasuk saya’. dan nilai tambahnya adalah dia seorang yang sangat sholehah, yang patuh pada kedua orang tuanya.
Tetapi Ranu, Don Juan yang satu ini juga sangat menyukai Mimi, track recordnya tidak menggoyahkannya untuk merebut hati Mimi. Sedangkan saya hanya bisa menatap cinta dari balik senyuman tipis ketegaran.
Setiap pagi hari, petugas rutin kantor pos pasti sudah nangkring di sudut rumah besar di ujung gang kampung kami, (rumah Mimi).
Menunggu pemilik rumah membukakan pintu demi dilewati selembar surat warna merah jambu milik Ranu untuk sang pujaan hatinya.
Sedang Mimi yang semula tak bergeming, menjadi kian berbunga-bunga diserang ribuan rayuan gombal milik don juan.
Merekapun pacaran dari mulai kelas 1 SMP bayangkan, hingga menikah. Sebagai tetangga sekaligus teman yang baik, saya hanya bisa mendukung dan ikut bahagia dengan keadaan tersebut. (walaupun hati ini meratap) Apalagi Mimi dan Ranu saling mendukung, dan sama-sama bisa menjaga dirinya, hingga ke Pelaminan,,Insyaallah.
Hingga tiba ketika selesai kuliah, mereka berdua ingin mewujudkan cita-cita bersama, membina keluarga, yang sakinah, mawaddah, dan warohmah.
Namun, namanya hidup pasti ada saja kendalanya, dibalik kesejukan melihat hubungan mereka yang adem anyem, orang tua Ranu yang salah satu anggota di DP….!! itu, menginginkan Ranu menikahi orang lain pilihan kedua orang tuanya, namun Ranu rupanya cinta mati dengan Mimi, sehingga mereka memutuskan untuk menikah, sekalipun diluar persetujuan orang tua Ranu, dan secara otomatis Ranu, diharuskan menyingkir dari percaturan hak waris kedua orang tuanya, disertai sumpah serapah dan segala macam cacian.
Ranu akhirnya melangkah bersama Mimi, setelah menikah, mereka pergi menjauh keluar dari kota kami, Dumai, menuju Pekan Baru, dengan menjual seluruh harta peninggalan kedua orang tua Mimi yang sudah tidak ada, (semenjak Mimi di bangku SMA, orang tuanya kecelakaan). Untuk mengadu nasibnya menuju ke Pekan Baru " Kota Bertuah" Istilah si Mimi dan Ranu.
Saya hanya dipamiti sekejap, tanpa bisa berkata-kata, hanya saling bersidekap tangan didada dan terharu panjang, Mimi menitipkan salam untuk Ibu yang sudah dianggapnya seperti Ibunya sendiri.
Masih tajam dalam ingatan, Mimi pergi bergandengan tangan dengan sang kekasih abadi pujaan hatinya “Ranu”, melenggang pelan bersama mobil yang membawa mereka menuju "Kota Bertuahnya" Pekan Baru.
Selama setahun, kami masih rutin berkirim kabar, hingga tahun kelima, dimana saya masih membujang dan masih menetap tinggal di Dumai, sedang Mimi entah kemana, hilang tak ketahuan rimbanya, setelah surat terakhir mengabarkan bahwa dia melahirkan anak keduanya, kemudian setelah itu kami tidak mendengar kabarnya, lagi.
Bahkan Ibuku yang sudah berhijrah hampir tiga tahun ini di Pekan Baru tempat kakakku juga tidak bisa melacak keberadaan Mimi, Mimi lenyap ditelan bumi, hanya doa saya dan Ibu serta sahabat-sahabat yang lain yang masih rutin kami panjatkan, untuk keberuntungan Mimi di sana.
Sampai di suatu siang yang terik, di hari sabtu, kebetulan saya berada dirumah karena kantor memang libur dihari sabtu dan minggu, tiba-tiba saya dikejutkan oleh suara ketokan pintu dikamar, mbak "Inul" patner kerja (alias Pembantu) kami mengabarkan ada tamu dari Pekan Baru, siapa gerangan pikir saya ketika itu.
Setelah saya temui, lama sekali saya memeperhatikan tamu tersebut, perempuan cantik berkulit putih, tapi bajunya sangat lusuh beserta ketiga anaknya, yang dua laki-laki kurus, bermata cekung terlihat sangat kelelahan, dan seorang bayi mungil dalam gendongan.
Sejenak saya tertegun, lupa-lupa ingat, hingga suara perempuan itu mengejutkan saya " Faris….Faris khan !", sejenak, dia ragu-ragu, hingga kemudian berlari merangkul saya, sambil terisak keras dibahu saya, saat itu saya hanya bisa diam tertegun dan tak tahu mau melakukan apa, dan saya tidak bisa menepis karena hal ini bukan muhrimnya.
Lalu setelah ia puas menangis, pelukan itu baru lepas, ketika kami dikejutkan oleh tangis bayi Mimi yang keras, yang rupanya tanpa kami sadari telah menyakitinya, dan menekan bayi itu dalam pelukan kami. Masyaallah !.semoga Allah mengampuni…..
Saya menjauhkannya dari bahu saya sambil masih ragu, berguman pelan "Mimi…Mimikah ?" Masyaallah…!, sekarang giliran saya yang ingin merangkul Mimi, tapi karena syari’at masih membayang dibatin. Aku hanya bisa bersidekap tangan didada tanpa bisa meluapkan perasaanku melihat kondisinya. Anak-anak Mimi yang melihat kami hanya termangu,
Mimi terlihat lebih tua dari usianya, namun kecantikan alaminya masih terlihat jelas, badannya kurus, dengan jilbab lusuh, yang berwarna buram, membawa tas koper berukuran besar yang sudah cuil dibeberapa bagian, mungkin karena gesekan atau juga benturan berkali-kali, seperti orang yang telah berjalan berpuluh-puluh kilometer.
Tanpa dikomando saya langsung mempersilahkan Mimi masuk kedalam rumah, membantu membawakan barang-barangnya, dibantu mbak Inul, meletakkan barangnya di ruang tamu, rumah saya.
Menunda beberapa pertanyaan yang telah menggunung dipikiran saya, Saya menatap dalam-dalam, Mimi sedemikian berubahnya, perempuan manis yang dulu saya kenal kini terlihat sangat berantakan, Masyaallah !, Mimi …ada apa denganmu!.
Saya menunda pertanyaan saya, hingga Mimi dan anak-anaknya mau saya paksa beristirahat beberapa hari dirumah saya, ia tidur dikamar ibu yang sudah dirapikan mbak Inul, saya rindu padanya, dan juga terharu melihat keadaannya.
Beberapa hari beristirahat dirumah saya, saya baru berani menanyakan tentang kabar keadaannya sekarang. Kami duduk diruang tamu sambil cerita ringan.
Semula Mimi terdiam seribu bahasa pada saat saya tanya keadaan Ranu, matanya berkaca-kaca, saya menghela nafas dalam, menunggu jawabannya lama, dalam hitungan menit hingga keluarlah suara parau dari mulutnya…
"Mas Ranu, Ris….sudah berpulang kepada-Nya lima bulan yang lalu".
"Oh" desah saya pelan, kata-kata Mimi membuat saya tercekat beberapa saat, namun sebelum saya sempat menimpali, bertubi-tubi Mimi menangis sambil setengah meracau "Mas Ranu kena kanker paru-paru, karena kebiasaannya merokok tiga tahun yang lalu, semua sisa peninggalan orang tuaku sudah habis terjual ludes, untuk biaya berobat, sedang penyakitnya bertambah parah, keluarga mas Ranu enggan membantu, kamu tahu sendiri khan, aku menantu yang tidak diinginkan, dan ketika Mas Ranu meninggal, orangtuanya masih saja membenciku, mereka sama sekali tidak mau membantu, aku bekerja serabutan di Pekan Baru, Ris.., mulai jadi tukang cuci, pembantu rumah tangga, dsb, hingga Mas Ranu meninggal, keluarganya, hanya memberiku uang sekedarnya untuk penguburan Mas Ranu, hingga aku terpaksa menjual rumah tempat tinggal kami satu-satunya, dan dari sana aku membayar semua tagihan rumah dan hutang-hutang pada tetangga, sisanya aku gunakan untuk berangkat ke Dumai, aku tidak sanggup mengadu nasib disana Ris…." Kata-kata Mimi berhenti disini, disambut isak tangisnya, sedang saya yang sedari tadi mendengarkan tak kuasa juga menahan haru yang sudah sedari tadi menyesak di dada.
Setelah kami sama-sama tenang, saya bertanya pada Mimi " Lalu apa rencanamu, Mimi ?".
Mimi tertegun… dia memandang saya nanar, saya menundukkan pandangan, karena saya takut terbawa rayuan syetan. kemudian dia mengulurkan tangan, memberikan seuntai kalung emas besar, "Sisa hartanya " begitu kata Mimi.
"Ini untukmu Ris.., aku gadaikan padamu, pinjami aku uang untuk modal usaha, dan kontrak rumah kecil-kecilan, aku tidak mau merepotkanmu lebih dari ini Ris..".
Aku yang menahan haru, sontak mataku langsung mengalirkan sesuatu, walaupun aku lelaki, namun hati ini bertindak sebagai makhluk tuhan yang berperasaan. kembali kami hanyut dalam haru.
Pelan-pelan saya, meraih kalung itu dari meja, menimbang-nimbang, pikiran saya melayang menuju sisa uang saya di amplop, dalam tas, Jum’at kemarin saya baru saja mendapat lembur-an, sebagai pegawai di suatu instansi, nilai lembur saya sangatlah kecil jika dibandingkan dengan pegawai yang lain tentunya, tapi itulah sisa uang saya, saya mengeluarkan amplop tersebut dari dalam tas, di kamar, semua saya infaqkan untuk Mimi, semata mata karena ikhlas.
Mimi menatap amplop di tangan saya, sejurus kemudian saya meletakkan amplop tersebut diatas meja sambil berkata "Ini sisa uangku Mimi, kamu ambil, nanti sisanya, biar saya pikirkan caranya, kamu butuh modal banyak untuk mulai usaha"
Keesokan harinya, saya menjual kalung Mimi, pada sahabat baik saya yang lain, kebetulan ia seorang pemodal-muslim, yang baik hati,.. "Thanks ya Hans".., saya menceritakan tentang keadaan Mimi pada mereka, Hans dan Istrinya banyak membantu " Ya Allah limpahilah berkah pada orang-orang baik seperti mereka".
Singkat cerita, Mimi bisa mulai usahanya dari modal itu, mengontrak rumah kecil didekat rumah saya, Alhamdulillah !, sekarang ditahun kedua, usahanya sudah menampakkan hasil, Mimi sudah sedemikian mandiri, banyak yang bisa saya contoh dari pribadinya yang kuat yaitu Mimi adalah pejuang sejati, ulet, sabar, dan kreatif.
Kuat karena Mimi enggan bergantung pada orang lain, dan tegar karena diterpa cobaan bertubi-tubi, Mimi tetap, kokoh, dan tidak bergeming sedikitpun, dia juga Smart, tahu dimana dia harus meminta pertolongan pada orang yang tepat, dan tentu saja muslimah yang taat beribadah, hingga Allah pun tak enggan membantunya.
Saya hanya berpikir dan yakin pasti ada jutaan Mimi-Mimi, diluar sana, akan tetapi pastinya sangat jarang yang melampui cobaan bertubi-tubi seperti dirinya dengan Indahnya.
Saya hanya ingin berbagi…..cobalah kita lihat, Mimi tetangga saya kini dan setiap pagi selalu menyapa riang saya, wajah cantiknya kembali bersinar, meskipun ia menyandang status janda. Yang kemudian dia tekun mendengar keluh kesah saya pada setiap permasalahan saya hadapi setiap harinya, termasuk ketika saya mulai mengeluh tidak betah dikantor sebagai pegawai sekian tahun, atau ketika saya menghadapi badai kemelut usia yang yang sudah berkepala tiga, apa kata Mimi
"Faris, Allah tidak akan memberikan cobaan diluar batas kemampuan seseorang atau Allah lebih tahu apa yang terbaik bagimu, sedangkan kamu tidak".
Subhanallah ! Mimi, contoh kekuatan wanita muslimah, ada disana.
Dan jika saya sudah menyerah kalah pada permasalahan bertubi-tubi dalam hidup saya, maka Mimi membawa saya menuju pintu rumah mungilnya, didepan pintunya, saya melihat kepulasan tidur anak-anaknya di ruang tamu yang ia jadikan ruang tidur, sedangkan kamar tidur ia jadikan dapur untuk memasak, (sungguh rumah yang mungil) mereka berjejal pada tempat tidur susun yang reyot, dan juga tempat tidur gulung kecil dibawahnya, tempat si sulungnya tidur, kemudian katanya, "Lihatlah Ris, betapa berat menjalani hidup seorang diri, tanpa bantuan bahu yang lain, kalau tidak terpaksa karena nasib, enggan aku menajalaninya, Ris, sedang kamu, bersyukurlah kamu, masih memiliki masa depan yang panjang ".
Duh, gusti betapa baik hati Mimi ini, betapa malu saya dihadapannya, cobaan saya, tentu jauh lebih ringan dibanding dirinya, tapi betapa saya jarang bersyukur, sering mengeluh, dan sering merasa kurang.
"Stupid mind in the Stupid ordinary " Yang jelas watak Mimi dan kekuatannya menumbuhkan satu prinsip dihati saya bahwa " Karena aku adalah lelaki, aku harus kuat dan tegar lebih dari wanita ini dalam menghadapi badai sekeras apapun, jika mungkin jauh lebih kuat dan tegar demi tangan-tangan mungil yang mungkin akan menjadi tangan-tangan perkasa yang siap mencengkram dunia, Insyaallah Amien"
Singkat cerita, saya pun berhenti dari pekerjaan yang lama, sekarang saya bekerja lebih mapan dari yang dulu. Karena setiap pulang kerja saya melintas didepan rumah Mimi, dan terus memperhatikan ketegarannya, akhirnya Allah menumbuhkan kembali cinta dihatiku. Sampai suatu saat aku pun melamarnya agar hubungan kami dihalalkan oleh syari’at. Mimi hanya bisa menunduk malu dan tersenyum melihat anak-anaknya yang akan memiliki ayah yang baru. Dalam hati, Mimi bertakbir dan bertahmid melihat kekuasaan Allah..
Allahu Akbar….
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarokhatuh………….
♥::~**~::♥◘♥Ketegaran Cinta Bertakbir♥◘♥::~**~::♥
*~::♥◘♥º♥◘♥::~**~::♥◘♥º♥◘♥
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokhatuh….
Tetapi Ranu, Don Juan yang satu ini juga sangat menyukai Mimi, track recordnya tidak menggoyahkannya untuk merebut hati Mimi. Sedangkan saya hanya bisa menatap cinta dari balik senyuman tipis ketegaran.
Setiap pagi hari, petugas rutin kantor pos pasti sudah nangkring di sudut rumah besar di ujung gang kampung kami, (rumah Mimi).
Menunggu pemilik rumah membukakan pintu demi dilewati selembar surat warna merah jambu milik Ranu untuk sang pujaan hatinya.
Sedang Mimi yang semula tak bergeming, menjadi kian berbunga-bunga diserang ribuan rayuan gombal milik don juan.
Merekapun pacaran dari mulai kelas 1 SMP bayangkan, hingga menikah. Sebagai tetangga sekaligus teman yang baik, saya hanya bisa mendukung dan ikut bahagia dengan keadaan tersebut. (walaupun hati ini meratap) Apalagi Mimi dan Ranu saling mendukung, dan sama-sama bisa menjaga dirinya, hingga ke Pelaminan,,Insyaallah.
Hingga tiba ketika selesai kuliah, mereka berdua ingin mewujudkan cita-cita bersama, membina keluarga, yang sakinah, mawaddah, dan warohmah.
Namun, namanya hidup pasti ada saja kendalanya, dibalik kesejukan melihat hubungan mereka yang adem anyem, orang tua Ranu yang salah satu anggota di DP….!! itu, menginginkan Ranu menikahi orang lain pilihan kedua orang tuanya, namun Ranu rupanya cinta mati dengan Mimi, sehingga mereka memutuskan untuk menikah, sekalipun diluar persetujuan orang tua Ranu, dan secara otomatis Ranu, diharuskan menyingkir dari percaturan hak waris kedua orang tuanya, disertai sumpah serapah dan segala macam cacian.
Ranu akhirnya melangkah bersama Mimi, setelah menikah, mereka pergi menjauh keluar dari kota kami, Dumai, menuju Pekan Baru, dengan menjual seluruh harta peninggalan kedua orang tua Mimi yang sudah tidak ada, (semenjak Mimi di bangku SMA, orang tuanya kecelakaan). Untuk mengadu nasibnya menuju ke Pekan Baru " Kota Bertuah" Istilah si Mimi dan Ranu.
Saya hanya dipamiti sekejap, tanpa bisa berkata-kata, hanya saling bersidekap tangan didada dan terharu panjang, Mimi menitipkan salam untuk Ibu yang sudah dianggapnya seperti Ibunya sendiri.
Masih tajam dalam ingatan, Mimi pergi bergandengan tangan dengan sang kekasih abadi pujaan hatinya “Ranu”, melenggang pelan bersama mobil yang membawa mereka menuju "Kota Bertuahnya" Pekan Baru.
Selama setahun, kami masih rutin berkirim kabar, hingga tahun kelima, dimana saya masih membujang dan masih menetap tinggal di Dumai, sedang Mimi entah kemana, hilang tak ketahuan rimbanya, setelah surat terakhir mengabarkan bahwa dia melahirkan anak keduanya, kemudian setelah itu kami tidak mendengar kabarnya, lagi.
Bahkan Ibuku yang sudah berhijrah hampir tiga tahun ini di Pekan Baru tempat kakakku juga tidak bisa melacak keberadaan Mimi, Mimi lenyap ditelan bumi, hanya doa saya dan Ibu serta sahabat-sahabat yang lain yang masih rutin kami panjatkan, untuk keberuntungan Mimi di sana.
Sampai di suatu siang yang terik, di hari sabtu, kebetulan saya berada dirumah karena kantor memang libur dihari sabtu dan minggu, tiba-tiba saya dikejutkan oleh suara ketokan pintu dikamar, mbak "Inul" patner kerja (alias Pembantu) kami mengabarkan ada tamu dari Pekan Baru, siapa gerangan pikir saya ketika itu.
Setelah saya temui, lama sekali saya memeperhatikan tamu tersebut, perempuan cantik berkulit putih, tapi bajunya sangat lusuh beserta ketiga anaknya, yang dua laki-laki kurus, bermata cekung terlihat sangat kelelahan, dan seorang bayi mungil dalam gendongan.
Sejenak saya tertegun, lupa-lupa ingat, hingga suara perempuan itu mengejutkan saya " Faris….Faris khan !", sejenak, dia ragu-ragu, hingga kemudian berlari merangkul saya, sambil terisak keras dibahu saya, saat itu saya hanya bisa diam tertegun dan tak tahu mau melakukan apa, dan saya tidak bisa menepis karena hal ini bukan muhrimnya.
Lalu setelah ia puas menangis, pelukan itu baru lepas, ketika kami dikejutkan oleh tangis bayi Mimi yang keras, yang rupanya tanpa kami sadari telah menyakitinya, dan menekan bayi itu dalam pelukan kami. Masyaallah !.semoga Allah mengampuni…..
Saya menjauhkannya dari bahu saya sambil masih ragu, berguman pelan "Mimi…Mimikah ?" Masyaallah…!, sekarang giliran saya yang ingin merangkul Mimi, tapi karena syari’at masih membayang dibatin. Aku hanya bisa bersidekap tangan didada tanpa bisa meluapkan perasaanku melihat kondisinya. Anak-anak Mimi yang melihat kami hanya termangu,
Mimi terlihat lebih tua dari usianya, namun kecantikan alaminya masih terlihat jelas, badannya kurus, dengan jilbab lusuh, yang berwarna buram, membawa tas koper berukuran besar yang sudah cuil dibeberapa bagian, mungkin karena gesekan atau juga benturan berkali-kali, seperti orang yang telah berjalan berpuluh-puluh kilometer.
Tanpa dikomando saya langsung mempersilahkan Mimi masuk kedalam rumah, membantu membawakan barang-barangnya, dibantu mbak Inul, meletakkan barangnya di ruang tamu, rumah saya.
Menunda beberapa pertanyaan yang telah menggunung dipikiran saya, Saya menatap dalam-dalam, Mimi sedemikian berubahnya, perempuan manis yang dulu saya kenal kini terlihat sangat berantakan, Masyaallah !, Mimi …ada apa denganmu!.
Saya menunda pertanyaan saya, hingga Mimi dan anak-anaknya mau saya paksa beristirahat beberapa hari dirumah saya, ia tidur dikamar ibu yang sudah dirapikan mbak Inul, saya rindu padanya, dan juga terharu melihat keadaannya.
Beberapa hari beristirahat dirumah saya, saya baru berani menanyakan tentang kabar keadaannya sekarang. Kami duduk diruang tamu sambil cerita ringan.
Semula Mimi terdiam seribu bahasa pada saat saya tanya keadaan Ranu, matanya berkaca-kaca, saya menghela nafas dalam, menunggu jawabannya lama, dalam hitungan menit hingga keluarlah suara parau dari mulutnya…
"Mas Ranu, Ris….sudah berpulang kepada-Nya lima bulan yang lalu".
"Oh" desah saya pelan, kata-kata Mimi membuat saya tercekat beberapa saat, namun sebelum saya sempat menimpali, bertubi-tubi Mimi menangis sambil setengah meracau "Mas Ranu kena kanker paru-paru, karena kebiasaannya merokok tiga tahun yang lalu, semua sisa peninggalan orang tuaku sudah habis terjual ludes, untuk biaya berobat, sedang penyakitnya bertambah parah, keluarga mas Ranu enggan membantu, kamu tahu sendiri khan, aku menantu yang tidak diinginkan, dan ketika Mas Ranu meninggal, orangtuanya masih saja membenciku, mereka sama sekali tidak mau membantu, aku bekerja serabutan di Pekan Baru, Ris.., mulai jadi tukang cuci, pembantu rumah tangga, dsb, hingga Mas Ranu meninggal, keluarganya, hanya memberiku uang sekedarnya untuk penguburan Mas Ranu, hingga aku terpaksa menjual rumah tempat tinggal kami satu-satunya, dan dari sana aku membayar semua tagihan rumah dan hutang-hutang pada tetangga, sisanya aku gunakan untuk berangkat ke Dumai, aku tidak sanggup mengadu nasib disana Ris…." Kata-kata Mimi berhenti disini, disambut isak tangisnya, sedang saya yang sedari tadi mendengarkan tak kuasa juga menahan haru yang sudah sedari tadi menyesak di dada.
Setelah kami sama-sama tenang, saya bertanya pada Mimi " Lalu apa rencanamu, Mimi ?".
Mimi tertegun… dia memandang saya nanar, saya menundukkan pandangan, karena saya takut terbawa rayuan syetan. kemudian dia mengulurkan tangan, memberikan seuntai kalung emas besar, "Sisa hartanya " begitu kata Mimi.
"Ini untukmu Ris.., aku gadaikan padamu, pinjami aku uang untuk modal usaha, dan kontrak rumah kecil-kecilan, aku tidak mau merepotkanmu lebih dari ini Ris..".
Aku yang menahan haru, sontak mataku langsung mengalirkan sesuatu, walaupun aku lelaki, namun hati ini bertindak sebagai makhluk tuhan yang berperasaan. kembali kami hanyut dalam haru.
Pelan-pelan saya, meraih kalung itu dari meja, menimbang-nimbang, pikiran saya melayang menuju sisa uang saya di amplop, dalam tas, Jum’at kemarin saya baru saja mendapat lembur-an, sebagai pegawai di suatu instansi, nilai lembur saya sangatlah kecil jika dibandingkan dengan pegawai yang lain tentunya, tapi itulah sisa uang saya, saya mengeluarkan amplop tersebut dari dalam tas, di kamar, semua saya infaqkan untuk Mimi, semata mata karena ikhlas.
Mimi menatap amplop di tangan saya, sejurus kemudian saya meletakkan amplop tersebut diatas meja sambil berkata "Ini sisa uangku Mimi, kamu ambil, nanti sisanya, biar saya pikirkan caranya, kamu butuh modal banyak untuk mulai usaha"
Keesokan harinya, saya menjual kalung Mimi, pada sahabat baik saya yang lain, kebetulan ia seorang pemodal-muslim, yang baik hati,.. "Thanks ya Hans".., saya menceritakan tentang keadaan Mimi pada mereka, Hans dan Istrinya banyak membantu " Ya Allah limpahilah berkah pada orang-orang baik seperti mereka".
Singkat cerita, Mimi bisa mulai usahanya dari modal itu, mengontrak rumah kecil didekat rumah saya, Alhamdulillah !, sekarang ditahun kedua, usahanya sudah menampakkan hasil, Mimi sudah sedemikian mandiri, banyak yang bisa saya contoh dari pribadinya yang kuat yaitu Mimi adalah pejuang sejati, ulet, sabar, dan kreatif.
Kuat karena Mimi enggan bergantung pada orang lain, dan tegar karena diterpa cobaan bertubi-tubi, Mimi tetap, kokoh, dan tidak bergeming sedikitpun, dia juga Smart, tahu dimana dia harus meminta pertolongan pada orang yang tepat, dan tentu saja muslimah yang taat beribadah, hingga Allah pun tak enggan membantunya.
Saya hanya berpikir dan yakin pasti ada jutaan Mimi-Mimi, diluar sana, akan tetapi pastinya sangat jarang yang melampui cobaan bertubi-tubi seperti dirinya dengan Indahnya.
Saya hanya ingin berbagi…..cobalah kita lihat, Mimi tetangga saya kini dan setiap pagi selalu menyapa riang saya, wajah cantiknya kembali bersinar, meskipun ia menyandang status janda. Yang kemudian dia tekun mendengar keluh kesah saya pada setiap permasalahan saya hadapi setiap harinya, termasuk ketika saya mulai mengeluh tidak betah dikantor sebagai pegawai sekian tahun, atau ketika saya menghadapi badai kemelut usia yang yang sudah berkepala tiga, apa kata Mimi
"Faris, Allah tidak akan memberikan cobaan diluar batas kemampuan seseorang atau Allah lebih tahu apa yang terbaik bagimu, sedangkan kamu tidak".
Subhanallah ! Mimi, contoh kekuatan wanita muslimah, ada disana.
Dan jika saya sudah menyerah kalah pada permasalahan bertubi-tubi dalam hidup saya, maka Mimi membawa saya menuju pintu rumah mungilnya, didepan pintunya, saya melihat kepulasan tidur anak-anaknya di ruang tamu yang ia jadikan ruang tidur, sedangkan kamar tidur ia jadikan dapur untuk memasak, (sungguh rumah yang mungil) mereka berjejal pada tempat tidur susun yang reyot, dan juga tempat tidur gulung kecil dibawahnya, tempat si sulungnya tidur, kemudian katanya, "Lihatlah Ris, betapa berat menjalani hidup seorang diri, tanpa bantuan bahu yang lain, kalau tidak terpaksa karena nasib, enggan aku menajalaninya, Ris, sedang kamu, bersyukurlah kamu, masih memiliki masa depan yang panjang ".
Duh, gusti betapa baik hati Mimi ini, betapa malu saya dihadapannya, cobaan saya, tentu jauh lebih ringan dibanding dirinya, tapi betapa saya jarang bersyukur, sering mengeluh, dan sering merasa kurang.
"Stupid mind in the Stupid ordinary " Yang jelas watak Mimi dan kekuatannya menumbuhkan satu prinsip dihati saya bahwa " Karena aku adalah lelaki, aku harus kuat dan tegar lebih dari wanita ini dalam menghadapi badai sekeras apapun, jika mungkin jauh lebih kuat dan tegar demi tangan-tangan mungil yang mungkin akan menjadi tangan-tangan perkasa yang siap mencengkram dunia, Insyaallah Amien"
Singkat cerita, saya pun berhenti dari pekerjaan yang lama, sekarang saya bekerja lebih mapan dari yang dulu. Karena setiap pulang kerja saya melintas didepan rumah Mimi, dan terus memperhatikan ketegarannya, akhirnya Allah menumbuhkan kembali cinta dihatiku. Sampai suatu saat aku pun melamarnya agar hubungan kami dihalalkan oleh syari’at. Mimi hanya bisa menunduk malu dan tersenyum melihat anak-anaknya yang akan memiliki ayah yang baru. Dalam hati, Mimi bertakbir dan bertahmid melihat kekuasaan Allah..
Allahu Akbar….
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarokhatuh………….
Engkau Tempatku Bersandar
Terkadang aku rapuh,
Menyerah atas asaku,
Terkadang aku takut mencuba,
Kerana tidak siap untuk kalah.
Dalam sudutku dunia begitu keras,
Dalam pandangku dunia begitu luas,
Fatamorgananya tanpa batas,
Memupus semangat,
menenggelamkan tanpa bekas.
Ku terdiam ditengah keramaian,
Ku berjalan di tengah kecepatan,
Ku berlari di tengah mesin-mesin kehidupan,
Tidak cukup saku untuk sebuah perubahan.
Benarkah demikian?
Ataukah sekadar angan-angan,
Menyerah sebelum berperang,
Mematikan asa sebelum berjuang.
Terlalu baik untukku,
Namun tidak untukMu
Terlalu Wah untukku,
Namun tidak untukMu.
FirmanMu referensi motivasiku,
Sabda NabiMu jalan bimbinganku,
Untuk terus maju dan melangkah,
Menuju ke arah redhaMu.
BagiMu semua kecil,
BagiMu semua mudah,
BagiMu semua boleh,
Hanya kepadaMu aku berusaha dan berdoa.
Meski tertatih,
Ku memantapkan diri,
Meski letih,
Ku tegakkan jiwa dan raga ini.
Kerana ku yakin,
Engkau Maha Melihat,
Engkau Maha Mendengar,
Engkau Maha Mengabulkan,
Tidak sekadar yang aku inginkan.
Alhamdulillah syukur ku ucapkan,
Bismillah daya upaya ku gerakkan,
Menyerah atas asaku,
Terkadang aku takut mencuba,
Kerana tidak siap untuk kalah.
Dalam sudutku dunia begitu keras,
Dalam pandangku dunia begitu luas,
Fatamorgananya tanpa batas,
Memupus semangat,
menenggelamkan tanpa bekas.
Ku terdiam ditengah keramaian,
Ku berjalan di tengah kecepatan,
Ku berlari di tengah mesin-mesin kehidupan,
Tidak cukup saku untuk sebuah perubahan.
Benarkah demikian?
Ataukah sekadar angan-angan,
Menyerah sebelum berperang,
Mematikan asa sebelum berjuang.
Terlalu baik untukku,
Namun tidak untukMu
Terlalu Wah untukku,
Namun tidak untukMu.
FirmanMu referensi motivasiku,
Sabda NabiMu jalan bimbinganku,
Untuk terus maju dan melangkah,
Menuju ke arah redhaMu.
BagiMu semua kecil,
BagiMu semua mudah,
BagiMu semua boleh,
Hanya kepadaMu aku berusaha dan berdoa.
Meski tertatih,
Ku memantapkan diri,
Meski letih,
Ku tegakkan jiwa dan raga ini.
Kerana ku yakin,
Engkau Maha Melihat,
Engkau Maha Mendengar,
Engkau Maha Mengabulkan,
Tidak sekadar yang aku inginkan.
Alhamdulillah syukur ku ucapkan,
Bismillah daya upaya ku gerakkan,
Berbicara Pada Hati
Bismillahirrahmanirrahim
Duhai hati…
Apa kabarmu hari ini?
Apa gerangan yang membuatmu muram dan bersedih.
Duhai hati kemarilah, duduk di sini bersamaku kan kudekap engkau dengan berdzikir.
Kemarilah, kan kuhangatkan engkau dengan lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an.
Dan malam nanti ketika banyak orang sedang tertidur lelap dalam buaian mimpi, kan kubangunkan engkau untuk ikut bersamaku,
Akan kubawa engkau menemui-Nya agar engkau dapat mengadu dan berkeluh kesah kepada-Nya
Duhai hatiku sayang...
Maafkan aku karena telah membuatmu galau
Maafkan aku karena telah mengusik ketenanganmu
Maafkan aku yang terkadang tak tau harus berbuat apa ketika ujian datang menyapaku
Hati...
Bahagiamu adalah bahagiaku,
Senyummu adalah senyumku,
Dan dukamu adalah juga dukaku.
Maafkan aku...
Yang terkadang tidak menghiraukan peringatanmu
Yang sering kali mengabaikan suaramu
Bahkan pernah menganggapmu tidak ada sehingga aku tak dapat melihat ada hati lain yang terluka karena ulahku dan seringkali membuatmu ternoda dan tak bahagia.
Hatiku sayang...entah berapa kali sudah aku berucap janji,
Semoga engkau tak pernah bosan mendengarnya, karena aku seorang manusia yang selalu ingin memperbaiki diri di saat terjatuh dan terluka.
Dan saat ini, aku kembali ingin berucap janji:
“Aku akan melindungimu, aku akan senantiasa menjagamu dari penyakit yang datang menghampiri, dari luka yang sulit diobati dan dari debu yang mengotori, dan untuk itu semua aku akan memohon petunjuk Ilahi”
Duhai hati...Tetaplah bersamaku, tetaplah berbicara padaku di saat terlupa dan aku berjanji akan senantiasa menjadi pendengar yang baik untukmu.
*::~ CINTA seorang IBU ~::*
BismillahirrahmanirrahimAssalamu'alaykum wr. wb.
Alkisah di sebuah desa,
Ada seorang ibu yang sudah tua, hidup berdua dengan anak satu-satunya
Suaminya sudah lama meninggal karena sakit
Sang ibu sering kali merasa sedih memikirkan anak satu-satunya.
Anaknya mempunyai tabiat yang sangat buruk yaitu suka mencuri, berjudi, mengadu ayam dan banyak lagi
Ibu itu sering menangis meratapi nasibnya yang malang, Namun ia sering berdoa memohon kepada Tuhan: “Tuhan tolong sadarkan anakku yang kusayangi, supaya tidak berbuat dosa lagi
Aku sudah tua dan ingin menyaksikan dia bertobat sebelum aku mati”
Namun semakin lama si anak semakin larut dengan perbuatan jahatnya, sudah sangat sering ia keluar masuk penjara karena kejahatan yang dilakukannya
Suatu hari ia kembali mencuri di rumah penduduk desa, namun malang dia tertangkap
Kemudian dia dibawa ke hadapan raja utk diadili dan dijatuhi hukuman pancung
pengumuman itu diumumkan ke seluruh desa, hukuman akan dilakukan keesokan hari
di depan rakyat desa dan tepat pada saat lonceng berdentang menandakan pukul enam pagi
Berita hukuman itu sampai ke telinga si ibu dia menangis meratapi anak yang dikasihinya dan berdoa berlutut kepada Tuhan “Tuhan ampuni anak hamba, biarlah hamba yang sudah tua ini yang menanggung dosa nya”
Dengan tertatih tatih dia mendatangi raja dan memohon supaya anaknya dibebaskan
Tapi keputusan sudah bulat, anakknya harus menjalani hukuman
Dengan hati hancur, ibu kembali ke rumah Tak hentinya dia berdoa supaya anaknya diampuni, dan akhirnya dia tertidur karena kelelahan Dan dalam mimpinya dia bertemu dengan Tuhan
Keesokan harinya, ditempat yang sudah ditentukan, rakyat berbondong2 manyaksikan hukuman tersebut Sang algojo sudah siap dengan pancungnya dan anak sudah pasrah dengan nasibnya
Terbayang di matanya wajah ibunya yang sudah tua, dan tanpa terasa ia menangis menyesali perbuatannya Detik-detik yang dinantikan akhirnya tiba
Sampai waktu yang ditentukan tiba, lonceng belum juga berdentang sudah lewat lima menit dan suasana mulai berisik, akhirnya petugas yang bertugas membunyikan lonceng datang
Ia mengaku heran karena sudah sejak tadi dia menarik tali lonceng tapi suara dentangnya tidak ada
Saat mereka semua sedang bingung, tiba2 dari tali lonceng itu mengalir darah. Darah itu berasal dari atas tempat di mana lonceng itu diikat
Dengan jantung berdebar2 seluruh rakyat menantikan saat beberapa orang naik ke atas menyelidiki sumber darah
Tahukah anda apa yang terjadi?
Ternyata di dalam lonceng ditemui tubuh si ibu tua dengan kepala hancur berlumuran darah
dia memeluk bandul di dalam lonceng yang menyebabkan lonceng tidak berbunyi,
dan sebagai gantinya, kepalanya yang terbentur di dinding lonceng
Seluruh orang yang menyaksikan kejadian itu tertunduk dan meneteskan air mata
Sementara si anak meraung raung memeluk tubuh ibunya yang sudah diturunkan
Menyesali dirinya yang selalu menyusahkan ibunya. Ternyata malam sebelumnya si ibu dengan susah payah memanjat ke atas dan mengikat dirinya di lonceng Memeluk besi dalam lonceng untuk menghindari hukuman pancung anaknya
Subhanallah
Wallahu'alam
renungkan:
Demikianlah sangat jelas kasih seorang ibu utk anaknya Betapapun jahat si anak, ia tetap mengasihi sepenuh hidupnya.
Marilah kita mengasihi orang tua kita masing masing selagi kita masih mampu
karena mereka adalah sumber kasih Tuhan bagi kita di dunia ini
Sesuatu untuk dijadikan renungan utk kita..
Agar kita selalu mencintai sesuatu yang berharga yang t ida k bisa dinilai dengan apapun
~::* Cinta *::~
BismillahirrahmanirrahimAssalamu'alaykum warahmatullahi wa barokah
Cerita ini hanya fiktif semata semoga dapat diambil ibrohnya…
Suatu ketika sepasang kekasih sedang berboncengan mengendarai sepeda motor, tiba-tiba kecepatan motor tak stabil sang cowo berkata “Sayang apa kau benar-benar mencintaiku”
Cewe itu pun menjawab “kamu apaan sich sayang tiba-tiba bertanya seperti itu, iyalah aku mencintaimu, kenapa? kamu tak mencintaiku kah?”
Cowo : “ akupun mencintaimu, sekarang ikutilah kata-kataku kau ambil helm dari kepalaku dan pakailah olehmu”.
Cewe : “Tapi kenapa? Bukannya kamu yang mengendarai motor? Sayang tolong pelankan motornya jangan sekencang ini”
Cowo itu pun tak menghiraukannya malah laju motor pun semakin kencang dia justru kembali bertanya pada gadis itu “sayang bolehkah aku meminta sesuatu padamu mungkin untuk yang terakhir kalinya”
Cewe : “apa yang kau inginkan? sayang tolong pelan kan kecepatan motornya, aku takut”
Cowo : “peganglah/peluklah aku dengan erat, kau merasa takut bukan? Sayang
Cewe : “Sayang Tolong pelankan motornya, aku serius!!! Aku takut!!!”
Cowo : “Sayang jika aku mati kau tak boleh mati karenaku”
Cewe : “kau tak boleh ngomong seperti itu, aku akan mencintaimu sehidup semati, aku tak ingin kehilanganmu, aku tak bisa hidup tanpamu, bukankah kau sudah berjanji tak akan pernah meninggalkanku dan menyakiti hatiku?. Sekarang pintaku Tolong dengarkan aku, Pelankan kecepatan motornya aku benar-benar takut”.
Cowo : “Sayang sekarang katakan padaku untuk terakhir kalinya bahwa kau benar-benar mencintaiku”
Cewe : “Aku mencintaimu sayang, Sekarang pelankan kecepatan motornya”
Cowo : “terima kasih, Aku pun mencintaimu, sekarang peganglah aku dengan erat dan jangan takut”
Namun kecepatan motor semakin melaju dengan kecepatan yang tinggi, sejak awal sang cowo sadar bahwa sepeda motor yang dikendarai Rem-nya Blong.. ia tak memberitahu kalau rem-nya blong pada cewenya ia bahkan menyuruh melepaskan helm-nya demi kekasihnya itu agar jika terjadi sesuatu kekasihnya tak apa-apa… Sepeda motor semakin melaju dengan kencang, beberapa saat kemudian di depan menghadang mobil truk pengangkut barang dari arah yang berlawanan. Karena Rem-nya Blong , sepeda motor yang dikendarai sang cowo tak dapat menghindar dari mobil tersebut dan seketika itu sepeda motor bertabrakan dengan mobil truk, Braaaaaaak (kira-kira seperti itulah bunyinya ^.^).
~::*~::*~::*~::*~::*~::*~::*
Sahabat dilihat dari cerita diatas mungkin sebagian orang beranggapan itu adalah kisah cinta sehidup semati, kisah cinta sejati… namun itukah yang disebut cinta sejati sehidup semati, saling mencintai, memiliki dan melindungi orang yang kita sayangi?
Barangsiapa yang akhir ucapannya (sebelum mati) dengan kalimat : “LAA ILAAHA ILLALLAAH”, ia masuk surga” (HR. Abu Daud) Sahabat
Sahabatku jika kita mencintai dan menyayangi sehidup semati, melindungi sang kekasih hati, tak perlulah kata Pacaran menjadi lebel kalian, cukuplah mencintainya dengan menjaga dirimu dan pujaan hatimu dengan cara menjaga kesucianmu dan kesuciannya. Mencintainya tidak dengan melemah lembutkan suaramu, tapi dengan menjaga hati dari bisikan setan yang menipu, Dengan menjaga pandangan darinya agar terhindar dari panah iblis,. Tak apalah kita saat ini jauh dengan kekasih hati, karna kelak Allah akan menyatukan dirimu dengan pujaan hatimu dalam ikatan sucinya. Karna itu jauh lebih berarti, jauh lebih abadi, karena janji Allah pasti “wanita yang baik hanya untuk laki-laki yang baik, begitu sebaliknya”. Jadi jagalah kesucian diri, hati dan jiwamu untuk sang kekasih hati, titipkan cintamu pada Rabbmu. Bukan dengan Pacaran.
Hmmm bukankah banyak orang bilang cinta tak harus memiliki seperti inilah kira-kira
Sekarang renungkan bagaimana seandainya cerita diatas adalah Engkau dengan kekasihmu? atau seperti kisah Romeo and Juliet,
Innallaha Yaqbalu Taubatal Abdi Ma’lam Yugharghir : Sesungguhnya Allah menerima taubat hambanya selama nyawa belum sampai tenggorokan”(HR. Ahmad). Bagaimana ketika kau sedang berdua-duaan dengan orang yang belum halal bagimu/pacarmu ajal menjemput secara tiba-tiba tanpa kita sadari sedikitpun, Apa yang kau fikirkan jika cerita diatas adalah engkau? Tidak sia-siakah hidupmu bila harus berakhir seperti itu, bukankah yang kita harapkan jika menjemput kematian dengan suka cita?, sesungguhnya keberuntungan yang paling besar bagi muslim yang
Marilah kita perbaiki diri kita mulai saat ini, detik ini pun dan perbanyak bekal untuk pulang ke kampong akhirat dengan tidak berbuat maksiat dengan label berpacaran, tapi menikahlah jika kau sudah siap namun jika belum tetaplah dalam diammu, titipkan Rindu dan kasihmu padaNya..
Sahabat kita para admin sering sekali membahas kata pacaran, karna kau tahu sahabatku aku sedih jika melihat saudaraku seiman berpacaran. kita semua pasti tahu siapa sihhh yang gag pernah merasakan jatuh cinta?, Tua-Muda, Kaya-Miskin, yang pasti semua pernah merasakannya bukan? Siapa yang pernah mengenal pacaran pasti pernah juga dong merasakan sakit hati, iya kan?! ^.^
Sakit hati karena cinta ditolak,
Bukankah tak sedikit pula kita sering mendengar bagaimana ada laki-laki yang bunuh diri karana patah hati, Perempuan yang melakukan hal yang sama karena patah hati? Saya juga sering mendengar, ada pemuda-pemudi yang menggunakan cara jahat agar cintanya bersambut, demi bisa meraih cinta dan hasratnya, sahabat apakah cara itu yang terakhir dan terbaik demi bisa mengatasi patah hati karena cinta?
Sahabatku Terkadang cinta yang selalu membuat seseorang tegar dalam menghadapi kehidupan ini tapi kadang kala cinta yang membuat seseorang dalam keterpurukan, namun yakinlah cinta kan datang menghampiri setiap insan, kita pun pasti ingin cinta yang selalu mendampingi baik suka maupun duka dan yang diharapkan hanyalah ketulusan dan kesetiaan. namun bukan berarti kita menemukannya dengan kata Pacaran, karena nanti yang ada pasti hanya kekecewaan.
Kendalikan nafsumu untuk tidak Berpacaran… ketahuilah Nafsu sering kali sulit dipisahkan dengan cinta, sehingga sebagian orang menganggap bahwa keduanya—Nafsu dan Cinta—sangat sulit untuk dipisahkan. Didalam nafsu kata mereka ada cinta, dan didalam cinta terdapat nafsu.
Rasulullah SAW mengatakan bahwa jihad yang terbesar adalah jihad melawan hawa nafsu yang selalu menyuruh pada keburukan, yang selalu memerintah pada kejahatan, yang selalu menyuruh pada keburukan, yang selalu memaksa hati pada kemungkaran. Seperti hasrat pada umumnya, hawa nafsu yang selalu menghendaki agar dipenuhi, Semakin dipenuhi, semakin merasa harus dipenuhi lagi dan begitulah seterusnya.
Apakah harus seperti ini muda-mudi islam,? Sementara kita sebagai muslim selalu diajarkan oleh kebenaran yang mengatakan bahwa cinta itu suci karena berasal dari Dzat Yang Maha Suci?
Sekarang jawab dengan hatimu yang paling jujur kenapa kamu berani mengatakan, pacaran merupakan suatu bentuk pengenalan kepribadian antara dua insan yang saling jatuh cinta dengan dilandasi sikap saling percaya ?
jadi apalagi alasanmu untuk pacaran????
Sahabat jika kau kehilangan cinta seseorang yang sangat kau sayangi, janganlah menangis, jangan patah hati!!!
Tapi menangislah ketika kau tak mendapatkan cintanya Allah. Tiada pertolongan selain yang Maha Rahman da Maha Rahiim,. Karena kita pasti tahu Cinta Kepada Allah tak bisa tergantikan dengan cinta yang lain, karena keabadian yang ditawarkannya tidak pernah akan ditawarkan siapapun juga, Raihlah Cintanya Allah Subhanahu Wata’ala JAUHI PACARAN, HENTIKAN PACARAN..DAN TINGGALKAN PACARAN !! Masyaallah..BENTENGI DIRI KALIAN DENGAN IMAN, DAN PEGANG TEGUH ISTIQOMAHNYA !!
Katakan pada pacarmu (bila kau sedang pacaran saat ini), maafkan aku, aku harus meninggalkanmu demi
Jika kau takut bicara/memutuskan seperti itu pada pacarmu dan kau takut akan menyakiti hatinya dan kehilangnnya, Tidak takutkah engkau pada Rabbmu, Tidak kah kau Tau dengan berpacaran engkau telah menyakiti Tuhanmu? Tidak sadarkah engkau menyakiti Tuhanmu yang telah memberikan segala kasihnya untukmu?. Sahabatku tak usah takut kau akan kehilangan orang yang kau cintai dan sayangi jika kau telah memilih Allah sebagai Kekasihmu Insyallah Allah akan mengembalikan ia untukmu bahkan lebih dari itu..
Kau tahu sesiapa yang mencintai Allah, maka Allah akan menyuruh malaikat Jibril agar seluruh isi bumi mencintai kita. Subhanallah Bukan?
Jadi sekali lagi JAUHI PACARAN, HENTIKAN PACARAN..DAN TINGGALKAN PACARAN !! BENTENGI DIRI KALIAN DENGAN IMAN, DAN PEGANG TEGUH ISTIQOMAHNYA !
Karena hanya berbekal kepada-Nya dan cinta kepada-Nya, hidup akan bahagia, Sekalipun cobaan terus menghantam, engkau akan tetap teguh tegar, menatap dunia dengan optimis. Inilah kebesaran tuhan yang Maha Kuasa.. Tuhan ku, Tuhan mu, Tuhan kita semua Umat Muslim.
Orang yang sedang jatuh cinta, hatinya fokus kepada yang dicintainya, sehingga ia jadi susah makan dan sulit tidur. Yaaah begitulah sahabat mengapa orang yang sedang “jatuh cinta” kepada ALLAH akan rajin berpuasa dan susah tidur serta gemar Qiyamullail (sedikit tidur). Untuk mempersembahkan diri diatas sajadah panjang, merebahkan diri, memasrahkan jiwa , mengadukan ketakberdayaan diri di hadapan tuhan. Itulah cinta di atas Cinta.
Sudahkah sahabat mencintai cinta diatas Cinta dan memegang teguh istiqomah dengan tidak berpacaran!! ?
Barakallahu Fiikum, Semoga Bermanfaat, Kritik dan Saran silahkan ^_^
Wassalamu’alaikum
~♥~Ku Lepas Cintamu dari Hatiku~♥~ (kerana aku mencintaimu, maka inilah caraku mencintaimu)
Allah menghendaki kami sebuah pertemuan, aku mengagumi pribadinya yang sederhana dan shalih. Siapa sangka ternyata dia pun menyimpan rasa yang sama, bahakan dia mengutarakn perasaannya dengan langsung mengutarakan niatnya mengkhitbahku...
Namun sayang, cinta itu datang di saat yang belum tepat karena aku tidak bisa menerima pinangan darinya.. Aku masih punya amanah yang belum terselesaikan. Dan mungkin aku masih harus menanggung amanah itu 2tahun lagi.
Lalu, dia bersedia menungguku, menunggu di batas waktu, dan akupun menyetujuinya. Dia akan menjauh dengan dunianya dan akupun akan menjauh dengan duniaku sendiri. Tidak mungkin bagi kami mengikat cinta antara kami dengan hubungan kasih bernama PACARAN. Karena kami berdua faham betul tidak ada tuntunan pacaran dalam islam. Meskipun dalam hati kami takut jika kami tidak dapat bersatu karena tidak ada ikatan antara kami, tapi kami lebih takut pada-Nya jika harus menjalin asmara dalam keadaan kami yang faham syariat Islam.
Ku pikir menunggu di batas waktu itu mudah. Tapi ternyata menjalaninya tak semudah yang ku bayangkan. Apakah karena adanya campur tangan Syaitan atau akusendiri yang tak bisa mengendalikan nafsu ku sendiri? Rasa cinta yang ku simpan rapi dalam hati itu menjadi boomerang untukku sendiri. Rasa cinta itu berbuah rindu yang mecabik-cabik hatiku. Mampukah aku melarang bibirku untuk mengungkapkan rindu padanya? Mampukah aku tetap diam meski batinku menjerit perih karena rindu?? Dalam setiap sujudku, bayangannya pun tak mau absen menggangguku, bayangannya selalu hadir mengganggu kekhusuk'an shalatku, waktu senggangkupun di penuhi bayangan-bayangan masa depan hidup bersamanya, membuatku menjadi panjang angan-angan. Astaghfirullah.. apa yang terjadi padaku???
Jika orang yang berpacaran bisa mengobati kerinduan mereka dengan pertemuan, Menghubungi via telphone atau mengirim Message sebagai penawar rindunya, lalu aku , apa yang harus aku lakukan agar rasa rindu ini tidak lagi mencabik-cabik hatiku??? Istighfar.. ya Istighfar sebanyak-banyaknya, Tapi jika aku sudah kembali diam, rindu itu akan kembali datang merongrong kalbuku.
Rasa rindu yang semakin hari semakin menyiksaku akhirnya mampu membuatku khilaf, dengan mengucapkan padanya dan mengungkapakan betapa tersiksanya aku menaggung derita cinta ini. Aku benci diriku sendiri, kenapa aku tidak mampu menahan diri. Ternyata aku tidak mampu menunggunya dengan tetap diam menjaga Izzah sampai ke batas waktu. Meski aku tidak berpacaran dengannya, aku sudah banyak mengecewakan Rabb ku dengan mencintainya. Aku telah melakukan aktivitas yang tidak di sukai-Nya, merindukan dia melebihi rinduku pada-Nya, mengingat dia melebihi aku mengingat-Nya, Bahkan waktu sholatku yang menjadi waktu istimewa antara aku dan Rabbku pun tidak luput dari kejaran bayangannya.
Akhirnya Ku putuskan untuk berhenti.
Berhenti menanti batas waktu itu.
Berhenti berharap dan memberi harapan.
Aku tdk sanggup menanggung cinta itu jika harus bermaksiat pada-Nya.
Aku tdk sanggup menunggu, jika penantian itu bagaikan penyakit yang semakin hari semakin membuatku lemah dan menyiksa batinku.
Karena hati ini Milik-Nya dan menjaga hati ini adalah tanggung jawabku.
Aku akan melepasmu dari hatiku...
Aku tidak sanggup berharap jika harapan itu hanya membuatku panjang angan-angan.
Aku ingin mengembalikan rasa cinta itu kepada Yang Menganugerahkan. Karena hati ini Milik-Nya dan menjaga hati ini adalah tanggung jawabku.
Aku akan melepasmu dari hatiku...
Aku lebih memilih hidup tenang bersama Cinta-Nya.
Karena Cinta mu hanya menghadirkan kegundahan dan penderitaan.
Biarlah Allah Ta'ala yang memilihkan Calon Pangeran untukku dalam Genggaman-Nya. Ku harap Ia mempertemukan aku dengan Cinta itu, dengan
Pangeran itu nanti.. Di saat yang tepat, saat tidak ada alasan lagi bagiku untuk menolak pinangan dari seorang Pangeran yang mencintaiku Karena-Nya.
Ku Lepas Cintamu Dari Hatiku.....
by: Izinkan Aku Menikah Tanpa Pacaran
cara Kami mencintaimu karenaNya
oleh Ghuroba' Fii Akhiriz Zamaan pada 13 Januari 2011 jam 8:28
Bismillahirrahmanirrahiim
Wahai Saudari Kami...
Mungkin kalian pernah mendapati Kami dalam keadaan dingin dan membisu
Terkesan cuek dan sombong
Padahal bisa saja, Kami membuka pembicaraan dan memecahkan suasana bersama kalian
Namun Kami sadar, bahwa tak layak bagi Kami bermudah-mudahan dikarenakan khawatir hal itu akan mengikis kadar rasa malu kalian terhadap Kami
Mungkin kalian pernah merasa risih ketika Kami tidak memperhatikan wajah ketika berbicara dengan kalian
Padahal memandang kalian ketika berbicara adalah mudah bagi Kami,
Namun ketahuilah, dengan memalingkan wajah, Kami berharap agar kalian akan lebih berhati-hati dalam berbicara dan menjadikan keadaan itu lebih suci bagi hati masing-masing
Wahai Saudari Kami...
Mungkin kalian akan mengatakan Kami aneh ketika Kami melarangmu menelefon
Padahal, bisa saja Kami mengangkatnya setiap saat kalian menelefon
Namun Kami belajar untuk menghargai seseorang yang berhak akan mendampingi kalian kelak, dengan cara tidak berduaan dengan kalian dalam keadaan yang tidak ada yang menemani
Mungkin kalian akan kesal apabila Kami tak memberikan pesan penyemangat ketika kalian melaporkan kepada Kami tentang kegiatan yang dilakukan hari ini
Padahal mudah saja jika Kami harus mengirimkan sebuah pesan tersebut agar membuat jiwa kalian menjadi lebih bersemangat mengerjakannya
Namun, keberadaan Kami di sekitar kalian, Insya Allah Kami harap tidak menggoyahkan kesucian hati kalian dengan mengirimkan kepada kalian pesan-pesan yang seharusnya tidak pernah kalian terima dari Kami jika itu justru akan membuat kalian berangan-angan
Wahai Saudari Kami...
Bisa jadi sebuah harapan pernah terbesit dihati kalian sehingga mungkin kalian akan merasa gundah ketika Kami tidak pernah meminta meminang kalian
Padahal, bisa saja kami lakukan itu agar hati kalian senang
Namun Kami sadar bahwa Kami belum siap, maka Kami redamkan lidah ini untuk menyatakannya di dalam diam
Mungkin kalian akan datang meminta Kami agar kalian menanti
Padahal Kami mampu mengizinkan permintaan itu
Namun, apakah kalian tidak merasa sakit ketika suatu saat jodoh Kami adalah bukan diri-diri kalian? Bukankah usaha kalian untuk bersama Kami dengan cara menantikan Kami adalah sia-sia?
Atau mungkin saja kalian akan merasa gelisah ketika Kami tidak pernah meminta kalian menunggu Kami
Padahal bisa saja permintaan itu akan kalian indahkan ketika Kami memintanya kepada kalian
Namun kalian mesti ingat, Kami mencintai kalian atas dasar kesucian, maka Kami tidak akan meminta kalian untuk itu hanya karena ingin mempersilahkan laki-laki shaleh lain untuk meminang kalian
Bukankah kesucian yang kami inginkan untuk menikahi kalian? Jika demikian, maka lebih baik kalian menikah kepada laki-laki yang telah siap meminang tanpa harus membuat kalian menunggunya dalam sebuah janji terlebih lagi dalam ketidakpastian.
Atau bisa jadi, kalian bosan karena terlalu lama menunggu Kami untuk menyatakan sebuah ungkapan-ungkapan indah kepada kalian
Padahal, bisa saja Kami menyatakan itu untuk menyenangkan hati kalian
Namun, Diam adalah cara Kami mencintaimu karenaNya, berharap hal itu lebih memelihara kesucian hati Kami dan hatimu setelahnya...
Kami belajar mencintai kalian dalam keimanan
Berharap agar dapat menjaga rasa malu Kami dan memelihara kesucian hati kalian
Ya, inilah cara Kami mencintaimu karenaNya, diam dan tak pernah terucap hingga di ujung lidah yang lunak
Bahkan tidak pernah terlukiskan oleh aktifitas Kami yang dapat dilihat
Berharap menjadi pemalu seperti Rasul, Muhammad
Dan membawa kalian menjadi suci seperti Ibunda Isa, Maryam
Suci, tak pernah tersentuh laki-laki...
Semoga Allah memaafkan Kami ketika khilaf dan salah
Allahuma Amiiin
by: si Fulan yg Insya Allah senantiasa menjaga kesucian dirinya..
Ini nih…. Barisan kata berikut mungkin bisa menggambarkan ikhwan yang nggak mau nggombal.
Karena Aku Mencintaimu
Wahai Ukhty…
Karena aku mencintaimu, maka aku ingin menjagamu
Karena aku mencintaimu, aku tak ingin terlalu dekat denganmu
Karena aku mencintaimu, aku tak ingin menyakitimu
Karena cintaku padamu,
Tak akan kubiarkan cermin hatimu menjadi buram
Tak akan kubiarkan telaga jiwamu menjadi keruh
Tak akan kubiarkan perisai qolbumu menjadi retak, bahkan pecah
Karena cinta ini,
Ku tak ingin mengusik ketentraman batinmu,
Ku tak ingin mempesonamu,
Ku tak ingin membuatmu simpati dan kagum,
Atau pun menaruh harap padaku.
Maka biarlah…
Aku bersikap tegas padamu,
Biarlah aku seolah acuh tak memperhatikanmu,
Biarkan aku bersikap dingin,
Tidak mengapa kau tidak menyukai aku,
Bahkan membenciku sekali pun, tidak masalah bagiku….
Semua itu karena aku mencintaimu,
Demi keselamatanmu,
Demi kemuliaanmu.
So, sekali lagi bagi para ikhwan, jangan jualan gombal, jangan obral janji. Gak usah deh sok perhatian, terlebih lagi bilang suka atau cinta. Bisa fatal tuh akibatnya! Mau jadi orang dholim?? Tegaskan semenjak sekarang, hal seperti itu tabu kalau belum nikah. Kalau dah nikah sih … puas-puasin aja bilang cinta seratus kali sehari ama istrinya. Sampai dhower deh, terserah! ^_^
Namun sayang, cinta itu datang di saat yang belum tepat karena aku tidak bisa menerima pinangan darinya.. Aku masih punya amanah yang belum terselesaikan. Dan mungkin aku masih harus menanggung amanah itu 2tahun lagi.
Lalu, dia bersedia menungguku, menunggu di batas waktu, dan akupun menyetujuinya. Dia akan menjauh dengan dunianya dan akupun akan menjauh dengan duniaku sendiri. Tidak mungkin bagi kami mengikat cinta antara kami dengan hubungan kasih bernama PACARAN. Karena kami berdua faham betul tidak ada tuntunan pacaran dalam islam. Meskipun dalam hati kami takut jika kami tidak dapat bersatu karena tidak ada ikatan antara kami, tapi kami lebih takut pada-Nya jika harus menjalin asmara dalam keadaan kami yang faham syariat Islam.
Ku pikir menunggu di batas waktu itu mudah. Tapi ternyata menjalaninya tak semudah yang ku bayangkan. Apakah karena adanya campur tangan Syaitan atau akusendiri yang tak bisa mengendalikan nafsu ku sendiri? Rasa cinta yang ku simpan rapi dalam hati itu menjadi boomerang untukku sendiri. Rasa cinta itu berbuah rindu yang mecabik-cabik hatiku. Mampukah aku melarang bibirku untuk mengungkapkan rindu padanya? Mampukah aku tetap diam meski batinku menjerit perih karena rindu?? Dalam setiap sujudku, bayangannya pun tak mau absen menggangguku, bayangannya selalu hadir mengganggu kekhusuk'an shalatku, waktu senggangkupun di penuhi bayangan-bayangan masa depan hidup bersamanya, membuatku menjadi panjang angan-angan. Astaghfirullah.. apa yang terjadi padaku???
Jika orang yang berpacaran bisa mengobati kerinduan mereka dengan pertemuan, Menghubungi via telphone atau mengirim Message sebagai penawar rindunya, lalu aku , apa yang harus aku lakukan agar rasa rindu ini tidak lagi mencabik-cabik hatiku??? Istighfar.. ya Istighfar sebanyak-banyaknya, Tapi jika aku sudah kembali diam, rindu itu akan kembali datang merongrong kalbuku.
Rasa rindu yang semakin hari semakin menyiksaku akhirnya mampu membuatku khilaf, dengan mengucapkan padanya dan mengungkapakan betapa tersiksanya aku menaggung derita cinta ini. Aku benci diriku sendiri, kenapa aku tidak mampu menahan diri. Ternyata aku tidak mampu menunggunya dengan tetap diam menjaga Izzah sampai ke batas waktu. Meski aku tidak berpacaran dengannya, aku sudah banyak mengecewakan Rabb ku dengan mencintainya. Aku telah melakukan aktivitas yang tidak di sukai-Nya, merindukan dia melebihi rinduku pada-Nya, mengingat dia melebihi aku mengingat-Nya, Bahkan waktu sholatku yang menjadi waktu istimewa antara aku dan Rabbku pun tidak luput dari kejaran bayangannya.
Akhirnya Ku putuskan untuk berhenti.
Berhenti menanti batas waktu itu.
Berhenti berharap dan memberi harapan.
Aku tdk sanggup menanggung cinta itu jika harus bermaksiat pada-Nya.
Aku tdk sanggup menunggu, jika penantian itu bagaikan penyakit yang semakin hari semakin membuatku lemah dan menyiksa batinku.
Karena hati ini Milik-Nya dan menjaga hati ini adalah tanggung jawabku.
Aku akan melepasmu dari hatiku...
Aku tidak sanggup berharap jika harapan itu hanya membuatku panjang angan-angan.
Aku ingin mengembalikan rasa cinta itu kepada Yang Menganugerahkan. Karena hati ini Milik-Nya dan menjaga hati ini adalah tanggung jawabku.
Aku akan melepasmu dari hatiku...
Aku lebih memilih hidup tenang bersama Cinta-Nya.
Karena Cinta mu hanya menghadirkan kegundahan dan penderitaan.
Biarlah Allah Ta'ala yang memilihkan Calon Pangeran untukku dalam Genggaman-Nya. Ku harap Ia mempertemukan aku dengan Cinta itu, dengan
Pangeran itu nanti.. Di saat yang tepat, saat tidak ada alasan lagi bagiku untuk menolak pinangan dari seorang Pangeran yang mencintaiku Karena-Nya.
Ku Lepas Cintamu Dari Hatiku.....
by: Izinkan Aku Menikah Tanpa Pacaran
cara Kami mencintaimu karenaNya
oleh Ghuroba' Fii Akhiriz Zamaan pada 13 Januari 2011 jam 8:28
Bismillahirrahmanirrahiim
Wahai Saudari Kami...
Mungkin kalian pernah mendapati Kami dalam keadaan dingin dan membisu
Terkesan cuek dan sombong
Padahal bisa saja, Kami membuka pembicaraan dan memecahkan suasana bersama kalian
Namun Kami sadar, bahwa tak layak bagi Kami bermudah-mudahan dikarenakan khawatir hal itu akan mengikis kadar rasa malu kalian terhadap Kami
Mungkin kalian pernah merasa risih ketika Kami tidak memperhatikan wajah ketika berbicara dengan kalian
Padahal memandang kalian ketika berbicara adalah mudah bagi Kami,
Namun ketahuilah, dengan memalingkan wajah, Kami berharap agar kalian akan lebih berhati-hati dalam berbicara dan menjadikan keadaan itu lebih suci bagi hati masing-masing
Wahai Saudari Kami...
Mungkin kalian akan mengatakan Kami aneh ketika Kami melarangmu menelefon
Padahal, bisa saja Kami mengangkatnya setiap saat kalian menelefon
Namun Kami belajar untuk menghargai seseorang yang berhak akan mendampingi kalian kelak, dengan cara tidak berduaan dengan kalian dalam keadaan yang tidak ada yang menemani
Mungkin kalian akan kesal apabila Kami tak memberikan pesan penyemangat ketika kalian melaporkan kepada Kami tentang kegiatan yang dilakukan hari ini
Padahal mudah saja jika Kami harus mengirimkan sebuah pesan tersebut agar membuat jiwa kalian menjadi lebih bersemangat mengerjakannya
Namun, keberadaan Kami di sekitar kalian, Insya Allah Kami harap tidak menggoyahkan kesucian hati kalian dengan mengirimkan kepada kalian pesan-pesan yang seharusnya tidak pernah kalian terima dari Kami jika itu justru akan membuat kalian berangan-angan
Wahai Saudari Kami...
Bisa jadi sebuah harapan pernah terbesit dihati kalian sehingga mungkin kalian akan merasa gundah ketika Kami tidak pernah meminta meminang kalian
Padahal, bisa saja kami lakukan itu agar hati kalian senang
Namun Kami sadar bahwa Kami belum siap, maka Kami redamkan lidah ini untuk menyatakannya di dalam diam
Mungkin kalian akan datang meminta Kami agar kalian menanti
Padahal Kami mampu mengizinkan permintaan itu
Namun, apakah kalian tidak merasa sakit ketika suatu saat jodoh Kami adalah bukan diri-diri kalian? Bukankah usaha kalian untuk bersama Kami dengan cara menantikan Kami adalah sia-sia?
Atau mungkin saja kalian akan merasa gelisah ketika Kami tidak pernah meminta kalian menunggu Kami
Padahal bisa saja permintaan itu akan kalian indahkan ketika Kami memintanya kepada kalian
Namun kalian mesti ingat, Kami mencintai kalian atas dasar kesucian, maka Kami tidak akan meminta kalian untuk itu hanya karena ingin mempersilahkan laki-laki shaleh lain untuk meminang kalian
Bukankah kesucian yang kami inginkan untuk menikahi kalian? Jika demikian, maka lebih baik kalian menikah kepada laki-laki yang telah siap meminang tanpa harus membuat kalian menunggunya dalam sebuah janji terlebih lagi dalam ketidakpastian.
Atau bisa jadi, kalian bosan karena terlalu lama menunggu Kami untuk menyatakan sebuah ungkapan-ungkapan indah kepada kalian
Padahal, bisa saja Kami menyatakan itu untuk menyenangkan hati kalian
Namun, Diam adalah cara Kami mencintaimu karenaNya, berharap hal itu lebih memelihara kesucian hati Kami dan hatimu setelahnya...
Kami belajar mencintai kalian dalam keimanan
Berharap agar dapat menjaga rasa malu Kami dan memelihara kesucian hati kalian
Ya, inilah cara Kami mencintaimu karenaNya, diam dan tak pernah terucap hingga di ujung lidah yang lunak
Bahkan tidak pernah terlukiskan oleh aktifitas Kami yang dapat dilihat
Berharap menjadi pemalu seperti Rasul, Muhammad
Dan membawa kalian menjadi suci seperti Ibunda Isa, Maryam
Suci, tak pernah tersentuh laki-laki...
Semoga Allah memaafkan Kami ketika khilaf dan salah
Allahuma Amiiin
by: si Fulan yg Insya Allah senantiasa menjaga kesucian dirinya..
Ini nih…. Barisan kata berikut mungkin bisa menggambarkan ikhwan yang nggak mau nggombal.
Karena Aku Mencintaimu
Wahai Ukhty…
Karena aku mencintaimu, maka aku ingin menjagamu
Karena aku mencintaimu, aku tak ingin terlalu dekat denganmu
Karena aku mencintaimu, aku tak ingin menyakitimu
Karena cintaku padamu,
Tak akan kubiarkan cermin hatimu menjadi buram
Tak akan kubiarkan telaga jiwamu menjadi keruh
Tak akan kubiarkan perisai qolbumu menjadi retak, bahkan pecah
Karena cinta ini,
Ku tak ingin mengusik ketentraman batinmu,
Ku tak ingin mempesonamu,
Ku tak ingin membuatmu simpati dan kagum,
Atau pun menaruh harap padaku.
Maka biarlah…
Aku bersikap tegas padamu,
Biarlah aku seolah acuh tak memperhatikanmu,
Biarkan aku bersikap dingin,
Tidak mengapa kau tidak menyukai aku,
Bahkan membenciku sekali pun, tidak masalah bagiku….
Semua itu karena aku mencintaimu,
Demi keselamatanmu,
Demi kemuliaanmu.
So, sekali lagi bagi para ikhwan, jangan jualan gombal, jangan obral janji. Gak usah deh sok perhatian, terlebih lagi bilang suka atau cinta. Bisa fatal tuh akibatnya! Mau jadi orang dholim?? Tegaskan semenjak sekarang, hal seperti itu tabu kalau belum nikah. Kalau dah nikah sih … puas-puasin aja bilang cinta seratus kali sehari ama istrinya. Sampai dhower deh, terserah! ^_^
^_^..Tersenyumlah.. ^_^
Sahabat pasti Pernah merasa susah tersenyum? Pastinya pernah ya..
Khususnya saat
pikiran sedang berkecamuk dengan aneka problematika dunia. Orang yang terlihat suka cemberut cukup merepresentasikan suasana hatinya. Dan jika itu sering dilakukan dan menjadi kebiasaan, maka pada akhirnya itu bisa menjadi karakter, dan dijulukilah ia Si Pemurung, Cuek, Tidak ramah, dan lain sebagainya. Semuanya cuma berawal dari senyuman.
Bahkan Rasulullah pun telah mengisyaratkan bahwa
"Senyum di hadapan saudaramu adalah sedekah" sehingga senyum adalah bentuk ibadah yang menjadi salah satu ciri baiknya akhlaq seseorang. Bahkan, lebih jauh lagi, senyuman adalah representasi dari kuatnya keimanan seseorang,karena senyum menunjukkan keikhlasan hatinya menjalani segala ketentuan Allah seberat apapun di kondisi apapun. Stay cool, calm, & confident, even in the hardest condition.
"Janganlah kalian menyepelekan kebaikan sekecil apapun bahkan sekedar berwajah menyenangkan (senyum) di hadapan saudaramu" (HR.Muslim)
berikut ini rangkuman tentang manfaat senyuman:
1. Senyum membuat lebih menarik. Orang yang banyak tersenyum memiliki daya tarik. Orang yang suka tersenyum membuat perasaan orang d isekitarnya nyaman dan senang.
Orang yg selalu merengut, cemburut,mengerutkan kening, dan menyeringai membuat orang-orang disekeliling tidak nyaman. Dipastikan orang yang banyak tersenyum memiliki banyak teman.
2. Senyum mengubah perasaan. Jika Anda sedang sedih, cobalah tersenyum. Senyuman akan membuat perasaan menjadi lebih baik. Menurut penelitian, senyum bisa memperdayai tubuh sehingga perasaan berubah.
3. Senyum menular. Ketika seseorang tersenyum, ia akan membuat suasana menjadi lebih riang. Orang di sekitar Anda pasti akan ikut tersenyum dan merasa lebih bahagia.
4. Senyum menghilangkan stres. Stres bisa terlihat di wajah.Senyuman bisa menghilangkan mimik lelah, bosan, dan sedih. Ketika Anda stres, ambil waktu untuk tersenyum. Senyuman akan mengurangi stres dan membuat pikiran lebih jernih.
5. Senyum meningkatkan imunitas. Senyum membuat sistem imun bekerja lebih baik. Fungsi imun tubuh bekerja maksimal saat seseorang merasa rileks. Menurut penelitian, flu dan batuk bisa hilang dengan senyum.
6. Senyum menurunkan tekanan darah. Tidak percaya? Coba Anda mencatat tekanan darah saat Anda tidak tersenyum dan catat lagi tekanandarah saat Anda tersenyum saat diperiksa. Tekanan darah saat Anda tersenyum pasti lebih rendah.
7. Senyum melepas endorphin, pemati rasa alamiah, dan serotonin.Senyum ibarat obat alami. Ketiganya adalah hormon yg bisa mengendalikan rasa sakit.
8. Senyum membuat awet muda. Senyuman menggerakkan banyak otot .Akibatnya otot wajah terlatih sehingga Anda tidak perlu melakukan facelift. Dijamin dengan byk tersenyum, Anda akan terlihat lebih awet muda.
9. Senyum membuat terlihat sukses. Orang yg tersenyum terlihat lebih percaya diri, terkenal, dan bisa diandalkan. Pasang senyum saat rapat atau bertemu dengan klien. Pasti kolega Anda akan melihat Anda lebih baik.
10. Senyum membuat orang berpikir positif. Coba lakukan ini pikirkan hal buruk sambil tersenyum. Pasti susah. Penyebabnya, ketika Anda tersenyum, tubuh mengirim sinyal "hidup adalah baik". Sehingga saat tersenyum, tubuh menerimanya sebagai anugerah. :)
Masih ragu untuk tersenyum?.. Hmm.. Semoga kita bisa senantiasa tersenyum walau bagaimanapun keadaan kita..
keep smile.. :) Ditunggu ya senyum manisnya.. ^_^
Khususnya saat
pikiran sedang berkecamuk dengan aneka problematika dunia. Orang yang terlihat suka cemberut cukup merepresentasikan suasana hatinya. Dan jika itu sering dilakukan dan menjadi kebiasaan, maka pada akhirnya itu bisa menjadi karakter, dan dijulukilah ia Si Pemurung, Cuek, Tidak ramah, dan lain sebagainya. Semuanya cuma berawal dari senyuman.
Bahkan Rasulullah pun telah mengisyaratkan bahwa
"Senyum di hadapan saudaramu adalah sedekah" sehingga senyum adalah bentuk ibadah yang menjadi salah satu ciri baiknya akhlaq seseorang. Bahkan, lebih jauh lagi, senyuman adalah representasi dari kuatnya keimanan seseorang,karena senyum menunjukkan keikhlasan hatinya menjalani segala ketentuan Allah seberat apapun di kondisi apapun. Stay cool, calm, & confident, even in the hardest condition.
"Janganlah kalian menyepelekan kebaikan sekecil apapun bahkan sekedar berwajah menyenangkan (senyum) di hadapan saudaramu" (HR.Muslim)
berikut ini rangkuman tentang manfaat senyuman:
1. Senyum membuat lebih menarik. Orang yang banyak tersenyum memiliki daya tarik. Orang yang suka tersenyum membuat perasaan orang d isekitarnya nyaman dan senang.
Orang yg selalu merengut, cemburut,mengerutkan kening, dan menyeringai membuat orang-orang disekeliling tidak nyaman. Dipastikan orang yang banyak tersenyum memiliki banyak teman.
2. Senyum mengubah perasaan. Jika Anda sedang sedih, cobalah tersenyum. Senyuman akan membuat perasaan menjadi lebih baik. Menurut penelitian, senyum bisa memperdayai tubuh sehingga perasaan berubah.
3. Senyum menular. Ketika seseorang tersenyum, ia akan membuat suasana menjadi lebih riang. Orang di sekitar Anda pasti akan ikut tersenyum dan merasa lebih bahagia.
4. Senyum menghilangkan stres. Stres bisa terlihat di wajah.Senyuman bisa menghilangkan mimik lelah, bosan, dan sedih. Ketika Anda stres, ambil waktu untuk tersenyum. Senyuman akan mengurangi stres dan membuat pikiran lebih jernih.
5. Senyum meningkatkan imunitas. Senyum membuat sistem imun bekerja lebih baik. Fungsi imun tubuh bekerja maksimal saat seseorang merasa rileks. Menurut penelitian, flu dan batuk bisa hilang dengan senyum.
6. Senyum menurunkan tekanan darah. Tidak percaya? Coba Anda mencatat tekanan darah saat Anda tidak tersenyum dan catat lagi tekanandarah saat Anda tersenyum saat diperiksa. Tekanan darah saat Anda tersenyum pasti lebih rendah.
7. Senyum melepas endorphin, pemati rasa alamiah, dan serotonin.Senyum ibarat obat alami. Ketiganya adalah hormon yg bisa mengendalikan rasa sakit.
8. Senyum membuat awet muda. Senyuman menggerakkan banyak otot .Akibatnya otot wajah terlatih sehingga Anda tidak perlu melakukan facelift. Dijamin dengan byk tersenyum, Anda akan terlihat lebih awet muda.
9. Senyum membuat terlihat sukses. Orang yg tersenyum terlihat lebih percaya diri, terkenal, dan bisa diandalkan. Pasang senyum saat rapat atau bertemu dengan klien. Pasti kolega Anda akan melihat Anda lebih baik.
10. Senyum membuat orang berpikir positif. Coba lakukan ini pikirkan hal buruk sambil tersenyum. Pasti susah. Penyebabnya, ketika Anda tersenyum, tubuh mengirim sinyal "hidup adalah baik". Sehingga saat tersenyum, tubuh menerimanya sebagai anugerah. :)
Masih ragu untuk tersenyum?.. Hmm.. Semoga kita bisa senantiasa tersenyum walau bagaimanapun keadaan kita..
keep smile.. :) Ditunggu ya senyum manisnya.. ^_^
^Rencana Allah Selalu Indah^
Yupz,,rencana Allah kan selalu indah untuk setiap hambaNya…..!
Sahabatku sayang,,,,,,
Hmm,,saat smua keinginan tdk sesuai harapan…hati ini akan merasa kecewa,,
tapi Allah tau apa yg hambaNya butuhkan & itu mungkin yg terbaik untuk kita!
Ketika sebuah proses tidak berjalan sesuai dengan rencana,,
dan gagal begitu saja sehingga menurunkan semangat kita!
Allah tau kita sedih,,tapi semua itu akan tergantikan dengan pelangi kebahagiaan yg indah…
ikhlaskan semua yg telah Allah gariskan tuk kita,,,
karena di balik semua kejadian akan ada hikmah yg membuat kita semakin kuat dan lebih baik lagi!
Allah tak akan membiarkan hambaNya,,yakinlah setelah kesulitan itu akan ada kemudahan…
sikapi semuanya dengan syukur dan sabar,,,hadapi dengan senyuman yg tulus dan penuh semangat!
mudah2an Allah senantiasa memberikan yang terbaik untuk kita semua….
Laa Tahzan Wa Laa Takhof Innallaaha Ma ‘Ana..
(Sebuah catatan hati)
Spesial buat sahabatku tersayang…^_^
(¯`v´¯) ♥♥♥•♥•♥
`·.¸.·´ ♥♥.........¸.·
`·.¸.·´ ♥♥.........¸.·
السلام عليكم ورحمة الله و بركاته
(♥)(♥)♥)(♥)(♥)♥)(♥)(♥)♥)(♥
)(♥)
♥)(♥)(♥)♥)(♥)(♥)♥)
❥~~►
Sahabatku sayang,,,,,,
Hmm,,saat smua keinginan tdk sesuai harapan…hati ini akan merasa kecewa,,
tapi Allah tau apa yg hambaNya butuhkan & itu mungkin yg terbaik untuk kita!
Ketika sebuah proses tidak berjalan sesuai dengan rencana,,
dan gagal begitu saja sehingga menurunkan semangat kita!
Allah tau kita sedih,,tapi semua itu akan tergantikan dengan pelangi kebahagiaan yg indah…
ikhlaskan semua yg telah Allah gariskan tuk kita,,,
karena di balik semua kejadian akan ada hikmah yg membuat kita semakin kuat dan lebih baik lagi!
Allah tak akan membiarkan hambaNya,,yakinlah setelah kesulitan itu akan ada kemudahan…
sikapi semuanya dengan syukur dan sabar,,,hadapi dengan senyuman yg tulus dan penuh semangat!
mudah2an Allah senantiasa memberikan yang terbaik untuk kita semua….
Laa Tahzan Wa Laa Takhof Innallaaha Ma ‘Ana..
(Sebuah catatan hati)
Spesial buat sahabatku tersayang…^_^
(¯`v´¯) ♥♥♥•♥•♥
`·.¸.·´ ♥♥.........¸.·
`·.¸.·´ ♥♥.........¸.·
السلام عليكم ورحمة الله و بركاته
(♥)(♥)♥)(♥)(♥)♥)(♥)(♥)♥)(♥
♥)(♥)(♥)♥)(♥)(♥)♥)
❥~~►
Duri Hati
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaykum warahmatullah wa barokah
Ya Allah..
Rindu apakah ini?
Rindu yang melenakanku dari-Mu
Rindu yang hampir mencekik mati keimananku
Pantaskan aku merasakan ini, ya Rabbi?
Bagaikan racun yang perlahan mematikan qolbu..
Ya Allah..
Ingin aku luluh lantakkan semua ini
Aku menyesal ya Rabbi..
Aku menyesal t'lah menyusupkan benih-benih cinta dihidupku
Ya Allah..
cinta ini telah menduakan diriMu
ampuni hamba yang dho'if
Air mata initak terbendung lagi, tatkala mengingat s'gala dosa aas kelalaian sebuah rasa..
rasa yang susah untuk kulupakan
rasa yang enggan pergi.
rasa yang.... entahlah.. akupun tidak mengerti
dia..
sulit sekali menghapusnya
lelah sekali ya Rbbi
Aku lelah menghindari ini semua
Andaikata aku mampu untuk meminta
aku hanya ingin menghindari perkenalan itu
Agar tidak ada detak-detak cinta yang lahir
cinta yang pada akhirnya menghamburkan fikiranku
Berungkali menghindar, namun percuma
dia tetap menahanku untuk terus bersama
Astaghfirullah al-adziim
andai dia tahu bahwa hati ini begitu sakit..
bimbang antara mempertahankan egoku untuk merindukannya,
atau pergi meninggalkan semua cerita yang tersulam
ya Allah..
bantu aku melupakannya
bantu aku untuk memaikan rasa ini
bantu aku ya Rabbi..
Jika dia memang jodohku
pertemukan aku dengannya dalam waktu yang tepat
jika dia bukan yang Engkau inginkan atasku,
jauhi dia hingga nafas ini tidak menghembuskan namanya
Cinta semu..!!!
kelelahan..!!!
Ya Allah..
kurelakan ini semua
temukan dia dengan bahagia
bahagiakan dia dengan dunianya
kurelakan ini semua
pada akhirnya..
aku ingin mencintai-Mu enggan cinta sempurna..
ya Allah..
ampuniku
Assalamu'alaykum warahmatullah wa barokah
Ya Allah..
Rindu apakah ini?
Rindu yang melenakanku dari-Mu
Rindu yang hampir mencekik mati keimananku
Pantaskan aku merasakan ini, ya Rabbi?
Bagaikan racun yang perlahan mematikan qolbu..
Ya Allah..
Ingin aku luluh lantakkan semua ini
Aku menyesal ya Rabbi..
Aku menyesal t'lah menyusupkan benih-benih cinta dihidupku
Ya Allah..
cinta ini telah menduakan diriMu
ampuni hamba yang dho'if
Air mata initak terbendung lagi, tatkala mengingat s'gala dosa aas kelalaian sebuah rasa..
rasa yang susah untuk kulupakan
rasa yang enggan pergi.
rasa yang.... entahlah.. akupun tidak mengerti
dia..
sulit sekali menghapusnya
lelah sekali ya Rbbi
Aku lelah menghindari ini semua
Andaikata aku mampu untuk meminta
aku hanya ingin menghindari perkenalan itu
Agar tidak ada detak-detak cinta yang lahir
cinta yang pada akhirnya menghamburkan fikiranku
Berungkali menghindar, namun percuma
dia tetap menahanku untuk terus bersama
Astaghfirullah al-adziim
andai dia tahu bahwa hati ini begitu sakit..
bimbang antara mempertahankan egoku untuk merindukannya,
atau pergi meninggalkan semua cerita yang tersulam
ya Allah..
bantu aku melupakannya
bantu aku untuk memaikan rasa ini
bantu aku ya Rabbi..
Jika dia memang jodohku
pertemukan aku dengannya dalam waktu yang tepat
jika dia bukan yang Engkau inginkan atasku,
jauhi dia hingga nafas ini tidak menghembuskan namanya
Cinta semu..!!!
kelelahan..!!!
Ya Allah..
kurelakan ini semua
temukan dia dengan bahagia
bahagiakan dia dengan dunianya
kurelakan ini semua
pada akhirnya..
aku ingin mencintai-Mu enggan cinta sempurna..
ya Allah..
ampuniku
*~::Mencintaimu dengan DIAM::~*
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokhatuh…..
Bismillahirrahmanirahim...
Kawan..
Jika kamu belum siap melangkah lebih jauh dengan seseorang, cukup cintai ia dalam diam... Karena diammu adalah salah satu bukti cintamu padanya... Dengan begitu kau telah memuliakan dia, karena kamu tidak mengajaknya menjalin hubungan yang terlarang dan tak mau merusak kesucian serta penjagaan hatinya...
Dengan diammu…
Itu dapat memuliakan kesucian diri dan hatimu juga... Menghindarkan dirimu dari hal-hal yang akan merusak izzah dan iffahmu
Dengan diammu….
Itu dapat menunjukkan bukti kesetiaanmu padanya. .. Karena mungkin saja orang yang kau cintai adalah juga orang yang telah Allah SWT pilihkan untukmu ...
Ingatkah kalian tentang kisah Fatimah ra dan Ali ra..? Yang keduanya saling memendam apa yang mereka rasakan... Tapi pada akhirnya mereka dipertemukan dalam ikatan suci nan indah dalam sebuah pernikahan.... (Subhanalloh,, so sweet!)
Kawan…..
Dalam diammu tersimpan sebuah kekuatan... Kekuatan sebuah harapan... Hingga mungkin saja Allah akan membuat harapan itu menjadi kenyataan… Hingga cintamu yang diam itu dapat berbicara dalam kehidupan nyata dan bukan angan semata... Bukankah Allah tak akan pernah memutuskan harapan hamba yang berharap padanya???
Kawan…
Jika memang 'cinta dalam diammu' itu tak memiliki kesempatan untuk berbicara di dunia nyata…. Biarkan ia tetap dalam diam... Jika dia memang bukan milikmu, toh Allah, melalui waktu akan menghapus 'cinta dalam diammu' itu dengan memberi rasa yang lebih indah dan orang yang lebih tepat untuk mengarungi hidup bersama... Biarkan 'cinta dalam diammu' itu menjadi memori tersendiri biarkan sudut hatimu menjadi rahasia antara kau dengan Sang Pemilik hati...
Karena yakinlah… Allah akan memberikan ganti yang lebih baik lagi atau mewujudkan mimpimu di kemudian hari... Bersabarlah dalam diammu… Karena tulang rusuk takkan tertukar apalagi nyasar…
Wallohu a'lam
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarokhatuh
Bismillahirrahmanirahim...
Kawan..
Jika kamu belum siap melangkah lebih jauh dengan seseorang, cukup cintai ia dalam diam... Karena diammu adalah salah satu bukti cintamu padanya... Dengan begitu kau telah memuliakan dia, karena kamu tidak mengajaknya menjalin hubungan yang terlarang dan tak mau merusak kesucian serta penjagaan hatinya...
Dengan diammu…
Itu dapat memuliakan kesucian diri dan hatimu juga... Menghindarkan dirimu dari hal-hal yang akan merusak izzah dan iffahmu
Dengan diammu….
Itu dapat menunjukkan bukti kesetiaanmu padanya. .. Karena mungkin saja orang yang kau cintai adalah juga orang yang telah Allah SWT pilihkan untukmu ...
Ingatkah kalian tentang kisah Fatimah ra dan Ali ra..? Yang keduanya saling memendam apa yang mereka rasakan... Tapi pada akhirnya mereka dipertemukan dalam ikatan suci nan indah dalam sebuah pernikahan.... (Subhanalloh,, so sweet!)
Kawan…..
Dalam diammu tersimpan sebuah kekuatan... Kekuatan sebuah harapan... Hingga mungkin saja Allah akan membuat harapan itu menjadi kenyataan… Hingga cintamu yang diam itu dapat berbicara dalam kehidupan nyata dan bukan angan semata... Bukankah Allah tak akan pernah memutuskan harapan hamba yang berharap padanya???
Kawan…
Jika memang 'cinta dalam diammu' itu tak memiliki kesempatan untuk berbicara di dunia nyata…. Biarkan ia tetap dalam diam... Jika dia memang bukan milikmu, toh Allah, melalui waktu akan menghapus 'cinta dalam diammu' itu dengan memberi rasa yang lebih indah dan orang yang lebih tepat untuk mengarungi hidup bersama... Biarkan 'cinta dalam diammu' itu menjadi memori tersendiri biarkan sudut hatimu menjadi rahasia antara kau dengan Sang Pemilik hati...
Karena yakinlah… Allah akan memberikan ganti yang lebih baik lagi atau mewujudkan mimpimu di kemudian hari... Bersabarlah dalam diammu… Karena tulang rusuk takkan tertukar apalagi nyasar…
Wallohu a'lam
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarokhatuh
Langganan:
Postingan (Atom)